Selasa, 15 Juli 2014

LAPORAN KULIAH SUBUH DALAM RANGKA MILAD MUHAMMADIYAH KE 104 DI PDM SURAKARTA

LAPORAN KULIAH SUBUH DALAM RANGKA MILAD MUHAMMADIYAH KE 104 DI PDM SURAKARTA


Di Susun Oleh:
Nama          : Esti Nur Sulistyoningsih
NIM            : A510120211
Progdi         : PGSD / IIIE


PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013

KATA PENGANTAR


Pertama-tama penulis ucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena atas rahmat-Nya penulis diberi kesempatan untuk mengikuti kuliah subuh di PDM (Pimpinan Daerah Muhammadiyah) Kota Surakarta. Dalam laporan ini penulis menyampaikan tentang Muhammadiyah di Kota Surakarta, Isi materi kuliah subuh yang di sampaikan oleh Prof. Dr. K.H. Muhammad Sirajuddin Syamngsuddin.
Ucapan terimakasih penulis ucapkan kepada Bapak dosen yang telah memberikan kepercayaan dan dukungan kepada penulis untuk mengikuti kuliah subuh ini. Ucapan terimakasih juga penulis ucapkan kepada pihak Fakultas, Jurusan, Dosen Pengampu, Kepala Pimpinan dan Staf – staf terkait di PDM(Pimpinan Daerah Muhammadiyah) Kota Surakarta. Dimana telah memberikan izin kepada penulis untuk mengikuti kuliah subuh. Penulis berharap laporan ini bisa menjadi pedoman bagi penulis sebagai calon pendidik di Sekolah Dasar, disamping itu menjadi bahan acuan penilaian untuk mata kuliah Kemuhammadiyahan.
            Penulis sadar dalam pembuatan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mohon kritik dan saran dari pembaca dan dosen pengampu mata kuliah. Kritik dan saran tersebut sebagai bahan penyempurnaan bagi penulis dalam membuat laporan untuk mata kuliah yang lain.



Surakarta, 25 Desember 2013
Penulis,




BAB 1
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang

Muhamadiyah merupakan gerakan Islam, dakwah amar makruf nahi munkar, berakidah Islam dan bersumber pada Alquran dan as-Sunnah. Gerakan ini diberi nama Muhammadiyah oleh pendirinya dengan maksud untuk berpengharapan baik, dapat mencontoh dan meneladani jejak perjuangan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam rangka menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam, semata-mata demi terwujudnya ‘Izzul Islam wal Muslimin, kejayaan Islam sebagai realita dan kemuliaan hidup umat Islam sebagai realita.
Ketika berbicara mengenai agama islam tedak terlepas dari acara – acara untuk meningkatkan ketaqwaan kita para muslim kepada Allah SWT, seperti pengajian atau kuliah subuh yang rutin dilaksanakan untuk menambah wawasan keilmuan dan keislaman. Kuliah subuh yang dilaksanakan pada kesempatan ini bertempat di Balai Muhammadiyah kota Surakarta. Pengajian ini membahas mengenai “berilmu sebelum beramal”. Kuliah subuh kali ini diadakan dalam rangka memperingati milad Muhammadiyah ke 104. Kuliah subuh ini bertemakan “MERAIH KEUNGGULAN UNTUK KEMAJUAN BANGSA”
Suasana yang terjadi dalam pengajian saat ini begitu banyak sekali orang yang mengikutinya dan terasa ramai sekali, jadi tidak begitu efektif penyampaian materi oleh penceramahnya. Alangkah baiknya ketika banyak jamaah pengajian yang hadir dan iringi suasana yang khikmat, akan menjadikan sebuah momentum yang dimana semua ilmu yang disampaikan penceramah bisa efektif masuk dalam pikiran dan hati para jamaah pengajian, dan bisa di amalkan dalam kehidupan sehari – hari.
Karya ini penulis susun guna memenuhi tugas pada mata kuliah Kemuhammadiyahan. Karya ini membahas mengenai isi dari materi yang disampaikan oleh Prof. Dr. K.H. Muhammad Sirajuddin Syamngsuddin. Pembahasan ini diharapkan dapat menambah wawasan Agama Islam dan keutamaan ilmu sebelum beramal.


B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang dikemukakan diatas, adapun rumusan masalah dari karya ilmiah ini adalah sebagai berikut :
1.         Apakah yang dimaksud dengan Muhammadiyah?
2.         Bagaimanakah Muhammadiyah di Surakarta?
3.         Apakah yang dimaksud dengan Meraih Keunggulan Untuk Kemajuan Bangsa?

C.    Tujuan
1.         Untuk mengetahui pengertian dari Muhammadiyah.
2.         Untuk Mengetahui Muhammadiyah di Surakarta.
3.         Untuk mengetahui tentang Meraih Keunggulan Untuk Kemajuan Bangsa.















BAB II
PEMBAHASAN
A.   Muhammadiyah
Arti Bahasa (Etimologis)Muhamadiyah berasal dari kata bahasa Arab “Muhamadiyah”, yaitu nama nabi dan rasul Allah yang terkhir. Kemudian mendapatkan “ya” nisbiyah, yang artinya menjeniskan. Jadi, Muhamadiyah berarti “umat Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam” atau “pengikut Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam”, yaitu semua orang Islam yang mengakui dan meyakini bahwa Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah hamba dan pesuruh Allah yang terakhir.
Arti Istilah (Terminologi) Secara istilah, Muhamadiyah merupakan gerakan Islam, dakwah amar makruf nahi munkar, berakidah Islam dan bersumber pada Alquran dan as-Sunnah, didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan pada tanggal 8Dzulhijjah 1330 H, bertepatan 18November 1912 Miladiyah di kota Yogyakarta.
Gerakan ini diberi nama Muhammadiyah oleh pendirinya dengan maksud untuk berpengharapan baik, dapat mencontoh dan meneladani jejak perjuangan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam rangka menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam, semata-mata demi terwujudnya ‘Izzul Islam wal Muslimin, kejayaan Islam sebagai realita dan kemuliaan hidup umat Islam sebagai realita.
Secara garis besar Muhammadiyah adalah salah satu orgnisasi Islam pembaharu di Indonesia. Gerakan Muhammadiyah yang didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan sesungguhnya merupakan salah satu mata rantai yang panjang dari gerakan pembaharuan Islam yang dimulai sejak tokoh pertamanya, yaitu Ibnu Taimiyah, Ibnul Qayyim al-Jauziyah, Muhammad bin Abdul Wahab, Sayyid Jamaludin al-Afghani, Muhammad Abduh, Rasyid Ridha, dan sebagainya. Pengaruh gerakan pembaharuan tersebut terutama berasal dari Muhammad Abduh melalui tafsirnya, al-Manar, suntingan dari Rasyid Ridha serta majalah al-Urwatul Wustqa.
Rumusan maksud dan tujuan Muhammadiyah sejak berdiri hingga sekarang ini telah mengalami beberapa kali perubahan redaksional, perubahan susunan bahasa dan istilah. Tetapi, dari segi isi, maksud dan tujuan Muhammadiyah tidak berubah dari semula.Pada waktu pertama berdirinya Muhamadiyah memiliki maksud dan tujuan sebagai berikut:
Rumusan pertama Menyebarkan pengajaran Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada penduduk bumi-putra, di dalam residensi Yogyakarta. Dan Memajukan hal agama Islam kepada anggota-anggotanya.
Rumusan kedua terjadi setelah muhammadiyah meluas ke berbagai daerah di luar Yogyakarta. Memperhatikan jumlah cabang yang ada di luar Yogyakarta maka maksud dan tujuan muhammadiyah harus direvisi sesuaii dengan keadaan riil yang dialaminya. Adapun isinya adalah memajukan dan menggembirakan pengajaran dan pelajaran agama Islam di Hindia Belanda, serta memajukan dan menggembirakan hidup sepanjang kemauan Agama Islam kepada sekutu-sekutunya.
Rumusan ketiga rumusan ketiga ini terjadi ketika masa pendudukan Jepang di Indonesia. Pemerintahan fasis ini mengharuskan terjadinya perubahan redaksional yang sesuai dengan yang dikehendakinya. Maka rumusanya adalah sesuai dengan kepercayaan untuk mendirikan kemakmuran bersamaseluruh Asia Timur Raya dibawah pimpinan Dai Nippon, dan memang diperintahkan oleh Allah maka perkumpulan ini:
·         Hendaknya menyiarkan agama Islam, serta melatihkan hidup yang selaras dengan tuntunannya.
·          Hendak melakukan pekerjaan perbaikan umum.
·         Hendak memajukan pengetahuan dan keepandaian serta budi pekerti yang baik kepada anggoya-anggotanya.
Rumusan keempat  terjadi setelah Muktamar Muhammadiyah ke 31 di Yogyakarta. Adapaun rumusanya adalah menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga dapat mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya
Rumusan kelima ini diubah pada Muktamar Muhammadiyah ke 34 di Yogyakarta. Perubahan ini hanya pada redaksionalnya saja dari kata dapat mewujudkan menjadi terwujudnya. Sihingga rumusan resminya adalah, Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Rumusan keenam terjadi pada Muktamar Muhammadiyah ke 41 di Surakarta. Pada tahun itu Muhammadiyah harus merubah maksud dan tujuan azaznya, dikarenakan kehadiran Undang-undang nomor 8 tahun 1985 tentang kewajiban setiap ormas, baik agama maupun non agama untuk mencantumkan asas pancasila. Adapun maksud dan tujuan hasil Muktamar ke 41 itu adalah menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat utama, adil, dan makmur yang diridhai Allah SWT.
Rumusan ketujuh Muhammadiyah adalah gerakan Islam, Dakwah Amar ma’ruf Nahi Munkar, berasaskan Islam yang bersumber pada al Qur’an dan As-Sunnah.

B.     MUHAMMADIYAH DI SURAKARTA
Sejak awal Muhammadiyah menahbiskan diri menjadi organisasi sosial kemasyarakatan amar ma’ruf nahi munkar dan sebagai gerakan tajdid (pembaruan). Dalam Kepribadian Muhammadiyah ditegaskan, kader dituntut untuk amar ma’ruf nahi munkar dalam segala lapangan serta menjadi contoh teladan yang baik. Membantu pemerintah serta bekerja sama dengan golongan lain dalam memelihara dan membangun negara untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur yang diridhoi Allah.
Dua pernyataan yang tertuang di dalam Kepribadian Muhammadiyah tersebut mempunyai signifikansi dalam menjawab persoalan Muhammadiyah dan umat ke depan. Artinya, ketika dahulu Muhammadiyah bekerja sama dengan NU untuk memberantas korupsi, alangkah baiknya, jika Muhammadiyah juga kembali bersuara dalam masalah krisis global, illegal logging, illegal fishing, global warming, pengangguran, kemiskinan, dan sebagainya.
Ajaran Kiai Dahlan
Sudah saatnya Muhammadiyah bangun dari tidur panjangnya dan kembali memperteguh gerakan kerakyatan yang telah dipelopori dan diwariskan oleh KH Ahmad Dahlan. Muhammadiyah yang selama ini disibukkan dengan wacana pemikiran yang ndakik-ndakik dan kurang menyentuh realitas sosial sudah saatnya kembali pada pemikiran yang mudah diterima oleh warganya. 
Ambil contoh, Muhammadiyah hingga kini belum mempunyai alat produksi cangih seperti, kapal penangkap ikan, TV nasional, radio nasional, yang kesemuanya bisa digunakan sebagai sarana dakwah melawan budaya konsumerisme dan kapitalisme yang semakin menggejala. 
Seandainya Muhammadiyah mempunyai satu kapal saja yang dapat menangkap ikan di laut yang sekarang ini banyak dicuri oleh pihak yang tidak bertanggung jawab, Muhammadiyah akan bertambah "kaya" dan semakin banyak membuka peluang kerja bagi rakyat. Dan tentunya mampu menyelamatkan aset bangsa Indonesia.
Muhammadiyah memang perlu menunjukkan kepeduliannya pada aset bangsa dengan cara yang elegan. Keikutsertaan, misalnya, dalam permohonan judicial review ke MK yang putusannya membubarkan BP Migas, semoga bisa menjadi bagian dari upaya lebih memandirikan bangsa dari tekanan asing. 
Persoalan memang kian kompleks. Guna menghadapi persoalan yang semakin kompleks ini, Muhammadiyah sudah saatnya berani untuk banting setir dan menenggok kembali ajaran yang telah diwahyukan kepada Rasulullah Muhammad s.a.w, dan “tafsir” ala KH Ahmad Dahlan. 
Beberapa pokok ajaran tentang pentingnya pendampingan/pembelaan terhadap kaum mustad'afin melalui teologi al-Maun. Proyek pemikiran berbasis kesadaran dan pemihakan terhadap kaum miskin (lemah) sudah selayaknya menjadi ancangan besar dalam setiap kajiannya. Tanpa hal yang demikian, Muhammadiyah akan mengalami kebuntuan berpikir yang pada gilirannya akan mematikan kreativitas dan langkah gerak persyarikatan.
     Kemajuan Muhammadiyah di era awal terletak kepada kemampuan Kiai Dahlan dan murid-muridnya untuk terus melakukan pengkajian terhadap 17 kelompok ayat. Kini memasuki abad kedua sudah selayaknya kajian 17 kelompok ayat berkembang menjadi 100 atau tafsir utuh Alquran menurut pemahaman Muhammadiyah.
Dengan demikian, Muhammadiyah benar menjadi organisasi pembaru (tajdid) sebagaimana semboyannya. Muhammadiyah akan kembali memimpin peradaban karena ia merupakan pelopor gerakan pemikiran yang genuine dan berguna bagi masyarakat banyak.
     Lebih lanjut, keragaman tafsir dan kajian dari berbagai disiplin ilmu akan semakin mengukuhkan bahwa Islam merupakan agama penuh nilai. Artinya, Alquran sebagai rujukan utama umat Islam mempunyai kandungan yang luas dan inspiratif. Langkah gerak umat khususnya Muhammadiyah akan lebih tertata dan bermakna karenanya.

Gerakan Pencerahan
Dalam hal pemihakan terhadap kaum lemah pun Muhammadiyah perlu terus berbenah. Seperti kritik M Dawam Rahardjo (2010), jika dulu Kiai Dahlan melaksanakan program kemasyarakatan yang berorientasi pada kaum dhuafa, kini sudah selayaknya Muhammadiyah mengarahkan pada program pemberdayaan orang miskin agar bisa meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri. 
Sebagaimana telah diutarakan di muka, proses dan produk pemihakan Muhammadiyah sudah selayaknya mewujud. Tanpa wujud yang jelas, Muhammadiyah akan semakin ditinggal zaman yang pada gilirannya semangat pemihakan persyarikatan pun akan memudar. Inilah yang sebaiknya selalu diingat, termasuk kami di jajaran pengurus.
     Milad Muhammadiyah seabad (jika dihitung berdasarkan kalendar miladiyah, 18 November 1912-18 November 2012) sudah selayaknya merupakan semangat kelanjutan dari Muktamar Satu Abad Muhammadiyah ke-46 di Yogyakarta tahun 2010 lalu. Tafsir gerakan pencerahan selayaknya semakin meneguhkan Muhammadiyah dalam peran dan proses kebangsaan. Muhammadiyah turut serta dalam membangun bangsa dan negara. Pasalnya, meminjam istilah Ahmad Syafii Maarif, jika negara hancur maka Muhammadiyah akan remuk. Jika negara sejahtera, Muhammadiyah pun akan makmur.
Dengan demikian, Muhammadiyah merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan sosial. Maka sudah selayaknya Muhammadiyah turut serta menyelesaikan persoalan sosial yang muncul, dan bukan menjadi bagian dari masalah itu.
Keteguhan tekad dan semangat persyarikatan memajukan kehidupan berbangsa dan bernegara merupakan amanat sejak kelahirannya. Muhammadiyah lahir karena kehidupan masyarakat jauh dari ideal. Kemiskinan, keterbelakangan, dan kebodohan, yang kesemuanya jauh dari semangat keberislaman. 
Tetap relevan mengingat salah satu ayat powerful yang menginsipirasi kelahiran Muhammadiyah: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyeru kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. (QS. 3 Ali Imran:104)
Inilah kerja Muhammadiyah sebagai gerakan kebajikan, gerakan pencerahan. Mencerahkan kehidupan berbangsa dan bernegara dengan berpegang teguh pada ajaran Islam rahmatan lil alamin.

C.    ISI MATERI “MERAIH KEUNGGULAN UNTUK KEMAJUAN BANGSA”
Alhamdulillah kita bersyukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta‘ala bahwa hingga saat ini Muhammadiyah telah memasuki usia ke-104 H / 101 M dalam menjalankan risalah Islam di muka bumi ini. Usia yang panjang itu merupakan anugerah Allah Subhanahu Wa Ta‘ala yang sangat bermakna, sekaligus sebagai bukti dari hasil perjuangan yang tidak kenal lelah dari seluruh kekuatan Muhammadiyah disertai kepercayaan masyarakat atas segala misi dakwah dan tajdid yang dilaksanakan oleh Gerakan Islam ini. Tidak mudah bagi sebuah organisasi Islam untuk bertahan dalam rentang lebih satu abad, dengan suka dan duka perjalanan yang dilaluinya.
Banyak hal telah dirintis dan dikhidmatkan Muhammadiyah untuk umat dan bangsa melalui amal usaha dan amalan-amalan dakwahnya untuk kemajuan. Ada pula hal-hal yang belum tergarap dengan baik dan masih menjadi tantangan Muhammadiyah untuk dilaksanakan melalui misi dakwahnya. Berbagai rintangan pun telah banyak dilalui oleh Muhammadiyah dalam rentang usia yang panjang itu. Namun demikian Muhammadiyah tegak berdiri dan terus berkiprah tak kenal lelah untuk mencerahkan kehidupan umat, bangsa, dan dunia kemanusiaan universal. Meskipun kadang harus menghadapi rintangan, termasuk pada sebagian hal diabaikan atau disalahmengerti oleh sementara kalangan, Muhammadiyah tetap berjuang mengemban misi dakwah dan tajdid, sehingga sejarah membuktikan betapa Muhammadiyah lahir dan berkiprah untuk membawa negara dan bangsa ini menuju baldatun thayyibatun wa Rabbun ghafur serta mewujudkan Islam sebagai rahmatan lil-'alamin.
Pembuktian kiprah Muhammadiyah untuk bangsa dan negara secara resmi diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1961 ketika mengangkat Kyai Haji Ahmad Dahlan sebagai Pahlawan Nasional. Melalui Surat Keputusan Presiden Soekarno Nomor 657 tanggal 27 Desember l96l dikemukakan empat pertimbangan pengangkatan K.H. Ahmad Dahlan sebagai Pahlawan Nasional, yaitu: (1) K.H. Dahlan telah memelopori kebangunan Umat Islam Indonesia untuk menyadari nasibnya sebagai bangsa terjajah yang masih harus belajar dan berbuat; (2) Dengan organisasi Muhammadiyah yang didirikannya telah memberikan ajaran Islam yang murni kepada bangsanya; Ajaran Islam yang menuntut kemajuan, kecerdasan, dan beramal bagi masyarakat dan umat, dengan dasar iman dan Islam; (3) Dengan organisasinya Muhammadiyah telah memelopori amal-usaha sosial dan pendidikan yang amat diperlukan bagi kebangunan dan kemajuan bangsa, dengan jiwa ajaran Islam; (4) Dengan organisasinya bagian Wanita atau 'Aisyiyah telah memelopori kebangunan wanita bangsa Indonesia untuk mengecap pendidikan dan berfungsi sosial, setingkat dengan kaum pria.
Karena itu kalau ada yang mengabaikan atau kurang menghargai kiprah Muhammadiyah, maka hal itu menunjukkan kurangnya penghayatan atas sejarah nasional di mana Muhammadiyah berjuang sejak awal untuk kemerdekaan dan kemajuan Indonesia. Sebaliknya bagi mereka yang mendukung, berempati, dan bekerjasama dengan Muhammadiyah menunjukkan pemahaman dan visi kebangsaan yang konstruktif dalam membaca sejarah bangsa, sekaligus menjadikan Muhammadiyah sebagai bagian integral yang menyatu di tubuh bangsa ini dengan segala kiprah dan pengorbanan yang tanpa pamrih. Muhammadiyah sendiri tidak akan menghitung-hitung amal yang dilakukannya, namun pengungkapan atas kiprah perjuangan tersebut lebih untuk menjadi perenungan dan pembelajaran bagi generasi bangsa agar pandai menghargai jejak pejuangan seluruh anak negeri dan segenap komponen bangsa yang telah meletakkan fondasi kebangsaan di Republik ini.
Muhammadiyah tiga tahun yang lalu (tanggal 3-8 Juli 2010) telah menyelenggarakan muktamar satu abad di kota kelahirannya, Yogyakarta. Muhammadiyah senantiasa istiqamah memajukan kehidupan umat, bangsa, dan dunia kemanusiaan universal. Muhammadiyah berkomitmen kuat untuk menjadikan bangsa ini menjadi umat terbaik (khaira ummah) dan negara ini menjadi baldatun thayyibatun wa Rabbun ghafur (negara yang baik dan diampuni Tuhan). Misi Muhammadiyah tersebut ditorehkan sebagai panggilan dakwah mengajak pada kebaikan, menyuruh pada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar mengikuti jejak risalah Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta‘ala: Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yong munkar; merekalah orang-orang yong beruntung.” (QS Ali lmran: 04)
Kini Muhammadiyah berusia 104 tahun. Di tengah suasana memperingati Milad ini, dengan tetap mensyukuri apa yang positif telah diraih bangsa ini, Muhammadiyah sungguh prihatin dengan kondisi bangsa saat ini. Beban bangsa Indonesia di tengah bayang-bayang ancaman krisis ekonomi global saat ini terbilang berat. Masalah ketenagakerjaan, kemiskinan, kerusakan sumberdaya alam, kondisi masyarakat di daerah-daerah perbatasan, nasib pulau-pulau terluar/terdepan, konflik horizontal, terorisme, dan masalah kedaulatan negara di tengah cengkeraman hegemoni ekonomi-politik dunia. Beban berat itu bukan sekadar dalam bobot masalahnya yang memang kompleks, tetapi pada saat yang sama diperparah oleh penyakit kronis dan menular yang bernama korupsi. Dalam menghadapi masalahmasalah besar tersebut diperlukan langkah-langkah terobosan yang strategis, disertai sikap kepemimpinan yang reformatif, bekarakter moralis, dan berjiwa negarawan.
Muhammadiyah sebagai gerakan bermisi dakwah dan tajdid yang telah berdiri jauh sebelum Republik Indonesia berdiri (merdeka), senantiasa mengutamakan kepentingan dan kemajuan bangsa. Muhammadiyah meyakini bahwa Islam yang menjadi fondasi gerakannya senantiasa menggelorakan spirit kemajuan. Islam itu agama yang berkemajuan, Din al-Hadlarah. Kepada segenap umat Islam kami ajak untuk terus megoptimalkan kerja-kerja keumatan yang membawa pada keunggulan dan kemajuan "lil-izatil Islam wal muslimin" demi kejayaan Islam dan kaum Muslim. Jadilah umat terbaik untuk menyebarluaskan Islam sebagai rahmatan lil-'alamin.
Dalam kehidupan kebangsaan Muhammadiyah senantiasa istiqamah membawa misi dan visi kemajuan. Muhammadiyah sejalan dengan Khittah dan Kepribadiannya menegaskan sikap untuk konsisten dalam beramar ma'ruf dan nahi munkar, berkiprah nyata melalui berbagai amal usaha, serta bekerjasama dengan pemerintah dan seluruh komponen bangsa secara cerdas dan mengedepankan nasib bangsa. Apa yang dilakukan Muhammadiyah melalui berbagai kiprah dakwah dan amal usahanya semuanya terus dikembangkan ke arah keunggulan untuk dikhidmatkan bagi kemajuan umat, bangsa, dan kemanusiaan universal.
Karenanya Muhammadiyah mengajak seluruh elite bangsa untuk benarbenar berkiprah optimal untuk memajukan kehidupan bangsa guna mewujudkan cita-cita nasional di seluruh bidang kehidupan. Kepada semua pihak lebih-lebih para pemimpin bangsa mari tunjukkan sikap konsisten antara kata dan tindakan, menjunjungtinggi moral yang utama, menunaikan amanat rakyat, serta memperjuangkan kepentingan rakyat di atas kepentingan diri, kelompok, dan golongan. Muhammadiyah mengajak pemerintah di seluruh tingkatan untuk semakin meningkatkan komitmen dan kesungguhan dalam memajukan bangsa, disertai sikap mengedepankan keadilan dan kejujuran, berdiri di atas semua golongan, tidak partisan, bermitra dengan seluruh komponen bangsa termasuk Muhammadiyah, dan mampu menunjukkan jiwa kenegarawanan yang utama.
Muhammadiyah juga menyampaikan ajakan dan komitmen moral bahwa dalam membangun bangsa, tidak kalah pentingnya membangun kekuatan karakter atau akhlaq utama di tubuh bangsa ini yang mengedepankan kejujuran, keadilan, kedamaian, keterpercayaan, persaudaraan, kemandirian, dan nilai-nilai moral yang dibangun di atas kebenaran dan kebaikan. Masa depan bangsa ini tergantung pada keutamaan akhlaq warga dan para pimpinannya, disertai sikap jujur dan amanah dalam menunaikan tugas bangsa dan negara. Akhirnya segenap warga bangsa diajak untuk semakin meningkatkan iman dan taqwa sehingga Allah Subhanahu Wa Ta‘ala melimpahkan berkah-Nya untuk bangsa ini sebagaimana janji-Nya: Artinya: "Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertalaua, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, makn Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya." (QS Al-A’raf: 96) Marilah kita berdo'a kepada Allah Subhanahu Wa Ta‘ala, agar umat dan bangsa ini senantiasa berada dalam bimbingan-Nya, dianugerahi nikmat dan karunia-Nya, dijauhkan dari adzab-Nya, dan dilimpahi Ridha-Nya. Amin ya rabb al-'alamin. Nashrun minallah wa fathun qarib.


BAB II
PENUTUP

A.   Kesimpulan
Muhammadiyah adalah salah satu orgnisasi Islam pembaharu di Indonesia. Gerakan Muhammadiyah yang dibangun oleh K.H. Ahmad Dahlan sesungguhnya merupakan salah satu mata rantai yang panjang dari gerakan pembaharuan Islam. maksud dan tujuan Muhamadiyah, yaitu Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat utama, adil dan makmur yang diridhai Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Muhammadiyah benar menjadi organisasi pembaru (tajdid) sebagaimana semboyannya. Muhammadiyah akan kembali memimpin peradaban karena ia merupakan pelopor gerakan pemikiran yang genuine dan berguna bagi masyarakat banyak. 
Muhammadiyah juga menyampaikan ajakan dan komitmen moral bahwa dalam membangun bangsa, tidak kalah pentingnya membangun kekuatan karakter atau akhlaq utama di tubuh bangsa ini yang mengedepankan kejujuran, keadilan, kedamaian, keterpercayaan, persaudaraan, kemandirian, dan nilai-nilai moral yang dibangun di atas kebenaran dan kebaikan. Masa depan bangsa ini tergantung pada keutamaan akhlaq warga dan para pimpinannya, disertai sikap jujur dan amanah dalam menunaikan tugas bangsa dan negara. Akhirnya segenap warga bangsa diajak untuk semakin meningkatkan iman dan taqwa sehingga Allah Subhanahu Wa Ta‘ala melimpahkan berkah-Nya untuk bangsa ini sebagaimana janji-Nya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar