LAPORAN HASIL OBSERVASI KEMUHAMMADIYAHAN
DI PDM(PIMPINAN DAERAH MUHAMMADIYAH) KABUPATEN SRAGEN
Disusun
Oleh :
Nama :
Esti Nur
Sulistyoningsih
NIM :
A510120211
Progdi :
PGSD / IIIE
PROGRAM S-1 PENDIDIKAN
GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
KATA PENGANTAR
Pertama-tama
penulis ucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena atas
rahmat-Nya penulis diberi kesempatan untuk melakukan observasi di PDM (Pimpinan
Daerah Muhammadiyah) Kabupaten Sragen. Dalam laporan observasi ini penulis
menyampaikan tentang Sejarah Perkembangan Muhammadiyah di Kabupaten Sragen,
Struktur Organisasi dan Kegiatan amal usaha di PDM(Pimpinan Daerah
Muhammadiyah) Kabupaten Sragen.
Ucapan
terimakasih penulis ucapkan kepada Bapak dosen yang telah memberikan
kepercayaan dan dukungan kepada penulis untuk melakukan observasi ini. Ucapan terimakasih
juga penulis
ucapkan kepada pihak Fakultas, Jurusan, Dosen Pengampu, Kepala Pimpinan dan Staf – staf
terkait di PDM(Pimpinan Daerah Muhammadiyah) Kabupaten Sragen. Dimana telah
memberikan izin kepada penulis untuk melakukan observasi. Penulis berharap laporan ini bisa menjadi pedoman bagi penulis
sebagai calon pendidik di Sekolah Dasar, disamping itu menjadi bahan acuan penilaian untuk mata kuliah Kemuhammadiyahan.
Penulis sadar dalam pembuatan laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu penulis mohon kritik
dan saran dari pembaca dan dosen pengampu mata kuliah. Kritik dan saran
tersebut sebagai bahan penyempurnaan bagi penulis dalam membuat laporan untuk
mata kuliah yang lain.
Surakarta, 27 November 2013
Penulis,
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Muhammadiyah
adalah salah satu organisasi islam yang bertujuan untuk menegakkan dan
menjujung tinggi Agama islam sehingga terwujud masyarakat islam yang sebenar –
benarnya. Dalam rangka untuk mewujudkan tujuan tersebut maka didirikanlah PDM(Pimpinan
Daerah Muhammadiyah) yang tersebar diseluruh nusantara. Yang salah satunya
adalah PDM(Pimpinan Daerah Muhammadiyah) Kabupaten Sragen. Untuk mengetahui
perkembangan organisasi islam Muhammadiyah, maka kami mendatangi PDM(Pimpinan
Daerah Muhammadiyah) Kabupaten Sragen untuk mendapatkan segala informasi
mengenai Muhammadiyah.
Sebagai
seorang muslim dan sebagai anggota dari organisasi islam Muhammadiyah, haruslah
kita berusaha untuk mewujudkan cita – cita dan tujuan dari Muhammadiyah. Ketika
semua cita – cita dan tujuan Muhammadiyah telah terwujudkan maka Insyaallah
kehidupan di dunia dan di akhirat akan berjalan lancar dan selaras. Organisasi
– organisasi otonom Muhammadiyah adalah Wadah untuk mengembangkan minat bakat
serta potensi para anggota Muhammadiyah. Kegiatan – kegiatannya antara lain
seperti Tapak Suci, Pemuda Muhammadiyah, Ikatan Pelajar Muhammadiyah, Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah, ‘Aisyiyah, Nasyiatul ‘Aisyiyah, Hizbul Wathan.
Laporan
ini penulis susun guna memenuhi tugas pada mata kuliah Kemuhammadiyahan.
Didalam laporan ini penulis membahas mengenai sejarah Muhammadiyah di Kabupaten
Sragen, Organisasi Otonom Muhammadiyah di Kabupaten Sragen, Kegiatan Amal Usaha
Muhammadiyah Kabupaten Sragen, dan Struktur Pengurus PDM(Pimpinan Daerah
Muhammadiyah) Kabupaten Sragen. Pembahasan
ini diharapkan dapat menambah wawasan Agama Islam dan memperkuat keimanan kita sebagai umat
muslim.
B. Perumusan Masalah
Dari
latar belakang yang dikemukakan diatas, adapun rumusan masalah dari laporan
observasi ini adalah sebagai berikut :
1.
Bagaimana Sejarah Muhammadiyah di Kabupaten Sragen?
2.
Apa Sajakah Organisasi Otonom Muhammadiyah di Kabupaten
Sragen?
3.
Bagaimanakah Amal Usaha Muhammadiyah di Kabupaten Sragen?
4.
Darimanakah Sumber Dana PDM (Pimpinan daerah
Muhammadiyah) Kabupaten Sragen?
5.
Bagaimanakah Struktur Pengurus PDM(Pimpinan Daerah
Muhammadiyah) di Kabupaten Sragen?
C. Tujuan
1.
Untuk Mengetahui Sejarah Muhammadiyah di Kabupaten Sragen
2.
Untuk Mengetahui Organisasi Otonom Muhammadiyah di
Kabupaten Sragen
3.
Untuk Mengetahui Amal Usaha Muhammadiyah di Kabupaten
Sragen
4.
Untuk Mengetahui Sumber Dana PDM (Pimpinan daerah
Muhammadiyah) Kabupaten Sragen
5.
Untuk Mengetahui Struktur Pengurus PDM(Pimpinan Daerah Muhammadiyah)
di Kabupaten Sragen
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Muhammadiyah di Kabupaten Sragen
LATAR BELAKANG BERDIRINYA MUHAMMADIYAH DI KAB.
SRAGEN
Latar belakang berdirinya
Muhammadiyah di Kabupaten Sragen, tidak jauh berbeda dengan kelahiran
Muhammadiyah secara nasional, antara lain sebagai berikut :
1. Berkat pendalaman para kaum
Muslimin dan Muslimat Sragen terhadap Firman Allah dalam Al-Qur’an terutama :
a. Surat Ali Imran ayat
104 tentang amar ma’ruf nahi munkar
b. Surat Al Maun yang terdari
dari 7 ayat. Tentang mencintai anak yatim, sayang kepada fakir miskin.
2. Perilaku masyarakat yang
terikat oleh adat kebiasaan yang berkaitan dengan upacara kelahiran, perkawinan
dan kematian yang tidak sesuai dengan ajaran Islam yang sebenarnya.
3. Kurangnya lembaga
pendidikan Islam atau tidak adanya pelajaran agama Islam di sekolah-sekolah
waktu itu.
4. Arus Kristenisasi lewat
pendirian Sekolah Kristen yang dibiayai oleh Zending baik di kota Sragen maupun
Plupuh.
5. Telah berkembangnya
Muhammadiyah diberbagai daerah dan telah berlangsungnya Konggres Muhammadiyah
yang ke-16 di Pekalongan tahun 1927.
SEJARAH PERJUANGAN GERAKAN MUHAMMADIYAH DAERAH
SRAGEN
1. MASA PENJAJAHAN BELANDA
Sampai dengan tahun 1926 secara Nasional Muhammadiyah telah
melangsungkan Konggresnya yang ke-15 di Surabaya, dan periode kepemimpinan
Muhammadiyah di Pusat telah berlangsung 2 (dua) periode kepemimpinan :
a. Periode KH. Ahmad
Dahlan Tahun 1912-1923
b. Periode KH. Ibrahim tahun
1923-1932
Tahun
1926 : Bapak
Prawiromisastro (ayah dari Ibu Supini PPI)
Mulai merintis terbentuknya Muhammadiyah di Sragen
Tahun 1926 ini pulalah mulai terbentuk Muhammadiyah Cabang
Sragen namun pengesahannya baru 2 tahun kemudian. Dengan SK. No.69/SK.PM, 1
Juli 1928. Kepengurusan Cabang Muhammadiyah Sragen disyahkan. Adapun susunan
pengurus PCM Srageb antara lain :
Ketua
: R.Ng.
Tjitroseno (Pens. Asis. Wedana Warujayeng, Kediri)
Wakil
Ketua : R.Ng.
Wirjosumitro (Pens. Mantri Gardu Garam Poh Jaring,
Sukodono) Ayah Ibu Suwarni Sukuswo.
Pembantu
: R.Ng.
Mangunmardowo (Pens. Asis. Wedana Boyolali). Sastrosudirjo (Pens. PUK
/ayah Supadmo, Sragen Manggis), Tjitrohardojo (Juru Tulis Kaonderan
Karangmalang).
Istri-istri beliau juga sebagai Aisyiayah dan memimpinya.
Tahun 1929 Pengurus periode II terbentuk
Ketua
: R.Ng. Wiryosumitro (Menantu Bp. Tjitroseno)
Wakil
Ketua : R.Ng. Sastro
Sumarto (Kepala SR I Sragen)
Sekretaris : R.Ng. Gitoatmojo ( Guru SR I Ngrampal)
Keuangan : Sastrowardoyo (Guru SR I Sragen)
Komisaris
: R.Ng Surowardoyo (Krapyak)
Mangunsumarto (Guru SR I Sragen)
R.Ng Puspowidjoyo (Pens. Peg. Candu Garam)
Sastrongulomo (Al. Hadisumarto)
Gito Santoso (Pens. Jawatan Penerangan)
Pada tahun 1930 Aisyiyah mengadakan ulang tahun, rapat akbar
dan bazar diselenggarakan di halaman dan Pendopo Kabupaten Martonegaran
(sekarang pasar cilik) dipimpin oleh Ibu Gitoatmojo dan pembicara oleh Ibu
Demang Sukati. Dihadiri dan dilaksanakan berpakaian HW anak-anak kelas 5, 6, 7
Neutrale HIS dipimpin Mijnheer Soemarno.
Pernah mengadakan sholat Idhul Fitri dilapangan Murni dengan
peserta 2 (dua) baris/shof bertindak sebagai imam dan Khotib Bapak Rois.
Pengurus Periode III Tahun 1934-1940
Susunan pengurunya diperbanyak dan ditambah :
Bagian
Tabligh
: R. Poedjopangripto
Bagian
Pemuda
: Darsohardjono (Guru SR I)
Sudarman ( Guru SR I)
Sutikno ( Guru SR. I)
Berbagai kegiatan yang dilaksanakan, mendirikan Sekolah NAS
(Nederlands Aisyiyah School pada tahun 1936. Berstandart HIS bertempat di
Sragen Dok. Sebagai guru-gurunya antara lain :
a. Ibu Walijah
b. Ibu Sumiyati
c. Ibu Sukati
d. Ibu Abdul Aziz
e. Ibu Indarsi
f. Ibu Supini
Dan mendirikan Sekolah Schakel School Kelas IV-KI. VII
menerima murid dari Vervalgschool dan NAS Kelas IV. Sebagai guru-gurunya antara
lain :
a. R.M Hartono
b. R. Soetomboel
c. Ibu Indrasti
d. Hadisumarto
e. Waloyo
f. Bp. Ibnu Abdullah
g. Bp. Sukarno
Pada tahun 1935 terbentuklah Muhammadiyah Group Plupuh namun
ikut Cabang Solo, sebagai Ketuanya adalah Bapak Toto Suparno (Lurah
Karangwaru). Kemudian pada tahun 1936 Grop Plupuh mendirikan S.R Muhammadiyah
SP Kelas V dan sebagai Kepala Sekolahnya Bapak Hadi Suparmin. Yang bertindak
sebagai guru-gurunya antara lain :
a. Trisnoharyono
b. Siswomartono
c. Wignyo Suparlan
d. Ismadi
e. Hadisumarto
Tahun 1938 Group Plupuh mendirikan Sekolah CVO (Cursus Volks
Onderwys) 2 tahun lama belajarnya. Kepala Sekolah dijabat oleh Bapak
Tjiptohamijono, HR. Hasil belajar meluluskan 3 (tiga kali) antara :
1940 : 24
Orang
1941 :
21 Orang
1942 :
27 Orang
Pada tahun 1935 dibentuk Group-Group (ranting) diberbagai
daerah antara lain:
- Gondang e. Sukdono
- Sambirejo f. Gemolong
- Karangmalang g. Kalijambe
- Sidoharjo h. Masaran
1.1.
Ketua Group Gondang berturut-turut :
- Pringgoharjo (Sinder Kehutahan)
- Sawiruddin
- Parli dan Ibnu Abdullah salah seorang pengurus
1.2.
Ketua Group Sukodono : Cokrosudiro (Kep. SR Sukodono)
Usahanya : Mendirikan Mambaul Oelum (MO)
Gurunya
: Bapak Syomdani
Bapak Diryowikato
Dan mengadakan pengajian di 20 tempat secara rutin.
1.3.
Ketua Group Sumberlawang :
- Bapak Suhud (Naib Sumberlawang)
- Bapak Abu Sujak (ayah bapak Mukibun)
Group-group lainnya belum diketahui ketuanya.
Aisyiyah Kabupaten Sragen pada tahun 1938 mengadakan “Momen
Aksi” yang disebut (Hari Anak Yatim). Kegiatannya antara lain mengumpulkan
anak-anak yatim + 100 anak dan diberi makan dan pakain pantas
pakai. Berbagai kegiatan dan amalan yang lain adalah :
- Menentukan puasa dan Hari Raya sampai dengan Hisab
- Sholat Idhul Fitri di Lapangan
- Pembentukan Panitia Zakat fitrah dan Qurban
- Mengadakan Khitanan Massal
3) Ibu Suprapti
Pada tahun 1918 dibentuk HW, Pemuda Muhammadiyah (SD Putusan
Konggres ke-21 di Makasar 1932), diganti menjadi Bagian Pelatih. Dalam geraknya
yang terbatas terutama pengajian-pengajian masih dapat berjalan di kota Sragen.
Perlu diketahui bahwa tanggal 7 Nopember 1943 Partai Masyumi
dibentuk di Yogyakarta, didukung oleh PSII, NU dan Muhammadiyah. Partai ini
diijinkan oleh Jepang berdiri untuk menggantikan MIAI (Majlis Islam A’la
Indonesia), Federasi 13 Organisasi Muslim yang dibentuk pada tanggal 21
September 1937 di Surabaya), yang dibubarkan pada bulan Oktober 1943. karena
MIAI sudah tidak didukung lagi oleh NU dan Muhammadiyah dan tidak memuaskan
Jepang.
Dengan kelahiran Masyumi yang juga terbentuk di
daerah-daerah maka sulit membedakan antara pengurus anggota Masyumi dan
Muhammadiyah. Walaupun ada juga yang membagi tugas siapa yang aktif di
Muhammadiyah dan siapa di Masyumi. Di Kabupaten Sragen Bapak Juwadi, Bapak
Kasah, bapak Pratowo dan Bapak Abdul Aziz banyak mengambil kegiatan di bidang
Kepartaian, walaupun juga tidak melupakan perjuangan Muhammadiyah. Pada tahun
1944 SR Sempoerna Aisyiyah dilokasi SMP Muhammadiyah sekarang ditutup Jepang. Dan
digabungkan dengan SR Kristen menjadi SR Negeri. Guru-gurunya dijadikan Pegawai
Negeri dan dipindah tempat di sekolah kosong, meja kursi dipinjamkan ke PMI
Sragen.
2. JAMAN
KEMERDEKAAN
1. Masa Perjuangan Bela Negara
: 1945 – 1954
Kepengurusan Muhammadiyah masa ini masih seperti pengurus
periode IV dipimpin oleh Bapak Pujopangripto. Kegiatan tidak begitu menonjol,
karena beberapa anggota aktif dalam Kelasaran dalam perjuangan Bela Negara dan
membantu jalannya roda Pemerintahann. Dengan dibentuknya KNI pada minggu ke-2
bulan September 1945 di Sragen dibentuk KND (Komite Nasional Daerah), 10 orang
anggota Muhammadiyah duduk dalam KND antara lain : Bapak juwadi, Bapak Kasah,
Bapak Chusaini dan Ibu Abdul Azis.
Sesuai dengan UU No. 1 tahun 1945 dibentuklah Badan
Eksekutif di Sragen dan Bapak Kasah masuk di dalamnya. Badan Keamanan Rakyat
(BKR) dibentuk yang memimpinm Batalyon IV BKR Sragen adalah Bapak Gitowidakdo
(Anggota Muhammadiyah).
Dibidang Kelaskaran
Anggota-anggota Muhammadiyah menjadi anggota Laskar Rakyat
al :
a. Bapak Wuryanto di AMS
b. Ibu Indrasti
c. Ibu Kasah di PPWS
(Pers. Pejuang Wanita Sukowati)
Anggota Barisam, Kyai Laskar hizbullah, Sabilillah, dll.,
banyak dari anggota Muhammadiyah. Pada tahun 1947 terjadilah Clash ke-I, banyak
pengungsi datang ke Sragen dari Salatiga dan Bandung. Muhmamadiyah watu itu
menampung anak yatim dan orang jompo dibekas Seklah NAS. Clash ke-II, Kantor
Pos dan Giro, Panti Asuhan yatim pindah ke Mojomulyo (Sekarang untuk PR, PCM Panti
Raharjo) yang pada tahun 1950 anak-anak ditampung oleh Kantor Sosial di Pamardi
Siwi, Jetis, Sragen.
Pada masa perjuangan fisik ini, diusahakan juga :
a. Pendirian SMP
Muhammadiyah siang hari
b. Pendirian SGB Muhammadiyah
di SR VI (Belakang Kawedanan Sragen).
Guru-gurunya antara lain :
a. Darmo Cahyono (Kantor
Pendidikan Agama)
b. Bangun Sumarto
c. Biarno
Pada tahun 1949 Muhammadiyah merintis berdirinya SR
Muhammadiyah Kab. Sragen :
a. Bermula dari siswa
calon murid baru SR I lebih kurang 50 anak
b. Anak ini ditampung di rumah
Bapak Tarto Pengaja SR I
c. Guru yang diserahi
mengajar Ibu KAsah
d. Tempat SR ini
dipindah-pindah dari kliteh ke belakang Garuda dank e Sragen Manggis.
e. Mendapat bantuan guru
dari Solo : Bapak Wuryanto.
f. SR Ini diakui oleh
Pemerintah Tahun 1951
g. Mendapat Subsidi dari Sub.
Jateng tahun 1952. Subsidi tahun 1971 sebesar Rp. 236.154,- selama setahun.
Sekitar tahun 1959-1960 ketika Bapak Mulyadi Joyomartono
menjadi Menteri Sosial YAPPI menerima Bantuan Kantor dan Gedung. Demikian pula
menerima sebidang tanah dari Pemda Sragen untuk Masjid dan perluasan pondok di
Mojomulyo. Selanjutnya didirikan pula Percetakan UPERPI yang sekarang dikelola
oleh Bapak Basuki yang berlokasi di Pondok putrid Muhammadiyah (Belakang
Kawedanan Sragen). Dulu dari Bapak Juwadi dan Bapak Sutarso (Kebon Asri) pada
Putusan Muktamar Muhamamdiyah ke-31 di Jogyakarta agar Muhammadiyah memiliki
Percetakan.
3. MASA
CEMAS, GANAS DAN TAHAN NAFAS
Periode Kepengurusan Muhammadiyah merupakan Period eke-VII
Susunan Pengurus tahun 1960-1966
Ketua
:
Darmosumarto
Wakil Ketua :
Much. Chusaini
Penulis
: Sukusno
Bendahara
: Jamhari
Pembantu: Asmuni Fattach.
Bapenda Cab. : Prawiro Sucipto
Pada periode ini Muhammadiyah Sragen dipimpin oleh seorang
yang lemah lembut, halus, sabar namun situasi yang dialaminya adalah suasana :
a. Masa kecemasan : karena
ulah PKI masyarakat dibubarkan 17 Agustus 1960, tokoh Masyumi banyak yang
ditahan, umat Islam dikambinghitamkan aksi sepihak dimana-mana istilah Borjois,
Kapitalis, Spportunis, DI kontra revolusi banyak dituduh ke umat Islam.
b. Ganas, tindakan kaum
komunis baik menjelang atau saat G30S PKI meletus sungguh ganas.
c. Panas, suasana adu
kekuatan menjelang meletusnya G30S PKI dan pada saat perjuangan Orde Baru
KAPPI, KAMI, KOKAM berhadaban dengan PNI asli pendukung Bung Karno sungguh
ganas.
d. Tahan Napas, karena
bagaimanapun Muhammadiyah Sragen dengan KOKAM-nya harus dapat menahan diri
dalam keadaan tahan napas.
Dalam perjalanan kepengurusan maka pada hari Kamis tanggal
23 September 1965 bagian Pendidikan dan Pengajaran Cabang Sragen (BAPENDAPCA)
diserah terimakan dari Bapak Prawirosutjipto kepada Bapak SA. Rosyidi.
Penyerahan kekuasaan dilampiri daftar kekayaan berupa :
a. Uang pesanan stempel
Madrasah dan KKM sebesar Rp. 9.325,-
b. 1 meja, 3 kursi dan 1
almari pakaian r dirumah Bapak Purnomo.
Dalam suasana yang penuh pertentangan antara pemuda rakyat –
Pemuda Marhaen (GPN) – Pemuda Muhammadiyah, maka pada saat Pimpinan Pemuda
Muhammadiyah dipegang oleh Syamsul Huda, Pak Syamsuri, Pak SA Rosyidi pernah
mendatangkan barisan Drum Band dari Bekonang pimpinan pak Ahyani.
Drum Band yang lengkap dengan seragam 2 stel keliling Kota
Sragen, sungguh mengherankan, karena belum pernah ada, Drum band yang hebat,
lengkap dan mengagumkan. Mereka berganti pakaian di Masjid Ittihat (sekarang Al
Falah) untuk keliling yang kedua kalinya. Baru setelah organisasi-organisasi
pemuda berusaha memilikinya, tetapi yang pertama memiliki juga KOKAM Sragen,
yang berpakaian doreng.
Sebagai Mayoretnya
: Dn.
Siswoko dan Imam Maliki
Bag. Teknik dan
pakaian :
Masduki (Kepala SD Mojo Sragen)
Komandan
: Syamsul
Huda, SA. Rosyidi
Anggota
a.l.
: A. Sukemi, Ichsan Triyono, Fachtur Sutarno,
Suhardi, Ali Rohman, Darmanto, joko Utomo,
dan Hadi Subroto.
Pada tahun-tahun ini masa Demokrtasi terpimpin, lahirlah
istilah Nasakomisasi disegala bidang, sedangkan golongan A, diwakili NU
terjadilah NUisasi, khususnya di Dep. Agama yang kebetulan Menteri Agamanya
juga dari NU. Pegawai Depag, Naib-naib dari Muhammadiyah mulai goyah, dipindah
atau sukar naik pangkat, akibatnya sebagian besar naib, guru agama Sragen
pindah ke NU. Demikian juga MIM (Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah) yang semula
bernama MWB banyak yang menghapusnya, menjadi MIS atau MI saja. Ditambah lagi
Sekolah Guru-Guru Madrasah banyak lulusan USA, yang merasa diangkat oleh Depag
sebagai guru negeri, maka MWB Sragen yang semula lebih dari 100, tinggal
beberapa puluh saja.
Gerak Perjuangan Muhammadiyah yang terganggu karena
goncangan sosial dan politik di Negara Indonesia ini, dipahami juga oleh PP
Muhammadiyah periode Bapak HM. Yunus Anis 1959-1962. Pada saat itu, beliau
mampu merumuskan suatu pedoman penting berupa :”Kepribadian Muhammadiyah”.
Periode berikutnya Bapak. KH. Ahmad Bardawi 1962-1968 suatu periode dimana PKI
ternyata terbuka kedoknya sebagai dalang dari G30S PKI. Oleh karena itu dengan
tandas beliau berfatwa :”Membubarkan PKI adalah Perbuatan Ibadah”.
Dengan prestasi yang ditunjukkan oleh Muhammadiyah dalam
membangun Orde Baru, maka Muhammadiyah mendapatkan pengakuan sebagai organisasi
sosial yang berfungsi politik riil. Maka dibentuklah “Majlis Hikmah” suatu
Majlis yang mengurusi urusan politik. Majlis Hikmah di Sragen dipimpin oleh
Bapak Asymuni Fattach. Anggotanya Bapak SA. Rosyidi dan Bapak Prawiro Sucipto.
Perjuangan Muhammadiyah dalam menegakkan Orde BAru di Sragen
antara lain :
a. Sdr. SA. Rosyidi,
Guru SPGN, (Anggota Muh) bersama Pak Rambat, Pak Sutarman dan Pak Sukarjo, dll,
menjadi anggota Hansip di bawah Komando Bapak Margo Sayuti, ikut melaksanakan
pembersihan PKI dan menjaga tawanan Gerwani di Kebon Asri.
b. Sdr. SA. Rosyidi, dengan
Surat No. 11/TPPPKP/21-1966 Tgl. 11 November 1966 sebagai anggota Team
Penerangan s/d Febuari 1968 PEPEKUPER Sragen.
c. Sdr. Syamsul Huda,
Pemuda Muhammadiyah Ketua Presidium KAPPI Sragen (Kep. AP/KS/Sek/05/67) dibantu
: Sangsang, Syamsuni, P. Hadi Subroto, F. Sutarno.
d. Peristiwa Mencekam :
Juli 1967 KOKAM menghadiri ulang tahun PNI ke-40 dengan
pembicara Hadi Subeno, diancam dengan pethel, akan dikeroyok oleh peserta apel
yang bersenjatakan pethel, mereka memaksa untuk menyambul yel “Hidup Bung
Karno”, KOKAM menahan diri untuk pulang. Pimpinan KOKAM SA. Rosyidiprotes keras
dan malam harinya Sidang di KOMRES dan hasilnya “Damai”.
Konsekuensinya, Muhammadiyah sebagai organisasi berfungsi
politik Riil. Muhammadiyah diberi hak duduk di DPRD Sragen sebanyak 3 (tiga)
orang masing-masing :
1) Bapak SA. Rosyidi
2) Bapak Prawiro Sucipto
3) Bapak Amin Hamidi
SK Pengangkatan No. PUOD. 1/9/10 Tgl 9 Febuari 1968
SK Pemberhentian No. PUOD. 3/47/5 Tgl. 7 Oktober 1971
Dalam periode kepengurusan ini berdiri sekolah-sekolah :
1) 4 SMP Muhammadiyah
(Banaran, Gemolong, Tanon, Masaran)
2) 2 MTs Muhammadiyah (
Buluboto, Gemolong)
3) 1 SMEA Muhammadiyah dengan
Kepala Sekolah Bapak Sunardi Ds, BA ; Jumlah murid awal 20 anak
4) 1 Muh di Siboto Kalijambe
5) Beberapa Madrasah Diniyah
kurang lebih 18 buah.
6) Sebuah SKKP Muhammadiyah
dari Taman Murni yang dibangun dengan pinjaman sepasang gelang dari Ibu
Sungidi.
Muhammadiyah menyelenggarakan Muktamar dan Pemuda
Muhammadiyah menghadiri antara lain :
1. Di Yogyakarta Tahun 1968:
Ibu Azis, Ibu Dullah, Ibu Suhaimi, Ibu Fuadi
2. Di Jakarta Tahun
1966 : Muktamar Pemuda Muh
ke-IV
Sdr. SA. Rosyidi, Sdr. Slamet, Sdr. Bagus Suyoto.
Partai Muslimin Indonesia (Parmusi) terbentuk.
Setelah melalui rapat-rapat yang ke-19 kali oleh panitia,
akhirnya Partai Muslimin Indonesia terbentuk dengan surat Keputusan Presiden
No. 70 Tahun 1968
Ketua Pimpinan Pusat : H. Djarnawi Hadikusumo
dari Muh.
Sekretaris
Umum : Drs. Lukman
Harun dari Muh
Selanjutnya daerah-daerah segera mengikuti pendirian Parmusi
antara lain Kab. Sragen. Periode Kepengurusan Parmusi Cabang Sragen :
Ketua
: SA. Rosyidi dari Muh
Sekretaris
: Syamsuni dari Muh
Kepengurusan BAPENDAPCA Kab. Sragen Tahun 1965-1968
berdasarkan SK Pimpinan Cabang Sragen No. F.7/1965 Tgl. 23 September 1965 a.l :
Ketua
: SA. Rosyidi
Wk. Ketua
I
; Sadjimin
Wk. Ketua
II
: Soewarno
Penulis
I
: Suyatno HM
Penulis
II
: Ijan
K.U
I
: Sutarso
K.U
II
: Abdullah
Pembantu
: Joko Taslimun, BA
Perubahan terjadi pada tanggal 14 Januari 1966 Sdr. Suyatno
HM mundur diganti oleh Soedarto, BE sekarang aktif di PGRI. Pada masa ini pula
di Gemolong dibuka IKIP Muhammadiyah Cabang Surakarta di Gemolong. Dosen
sebagian besar dari IKIP Muhammadiyah Surakarta a.l :
a. Bapak Drs. Sukarjo
b.Bapak Asyhuri
Tempat di Kompleks Masjid Gemolong, kantor dimukanya : suatu
ketika IKIP ini diharuskan pindah di Kabupaten dan akhirnya harus menggabung ke
Solo, setelah usaha-usaha untuk mendapatkan ijin gagal
Kepengurusan periode ke-VI : batas-batas tidak jelas.
Susunan Pengurus berdasar Surat Pengesahan PP No. 59/PMD
Tgl. 30 Nopember 1966 s/d Korp. Muh. Daerah : 2 Oktober 1966.
Ketua
: Asymuni Fattach
Wakil Ketua :
Darmosumitro
Sekretaris
: Syamsuni
Bendahara
: Djamhari
PPK
: SA. Rosyidi
Anggota
: Badrun
Ky. Sodiq
Zuslam
Ahyani
Chusaini
Prawirosudiro
6. MASA MINGGRANG MINGGRING –
PRINDANG-PRINDING
Masa ini terjadi antara tahun 1970-1978. Tahun-tahun
menjelang pemilu 1971 dan 1977, merupakan suatu tahun dimana para anggota
Muhammadiyah diresahkan oleh arus monoloyalitas. Sehingga mengakibatkan para
anggota merasa taku apabila disebut disebut orang Muhammadiyah atau takut
menjadi Pengurus Muhammadiyah kecuali yang memang siap siap mental dan mendapat
ijin dari atasannya. Diundang Halal-Bihalal oleh Muhammadiyah setahun sekali
saja ada yang tidak berani datang.
Susunan Pengurus PDM waktu itu :
Ketua
: Djamhari
Penulis
: Sardji Adisunarto
PPK
: SA. Rosyidi
Walaupun demikian kemajuan dibidang pendidikan a.l :
1) Tahun 1968 didirikan SMEA
Muh Kep Sek I. :
Soenardi DS
2) Tahun 1976 didirikan SPG
Muh Kep. Sek.
I :
Syamsul Huda
3) Tahun 1977 didirikan SMA
Muh Kep. Sek
I :
Sameto
4) Tahun 1977 didirikan STM
Muh Kep. Sek
I
: Cholid Rois
7. MASA KEBANGKITAN KEMBALI
Masa ini berlangsung antara tahun 1978-1985
Tahun 1978 Pimpinan Muhammadiyah masih dipegang oleh Bapak
Djamhari dan Majlis Pendidikan dengan Surat Keputusan PMD No. A-1/602/1978 Tgl.
20-12-1978 dengan susunan pengurus sbb :
Ketua
I
; Ichsan Triyono
Ketua
II
: SA. Rosyidi
Sekretaris
: Muti Uddin, BSc
Bendahara
: Suyatno HM
Sutarno, BA
P. Hadisubroto, BA
Suhardi DA, Ba
Masa periode ini sebenarnya sudah tidak termasuk sejarah
masa lalu atau kisah masa lampau karena hampir semua yang hadir dalam seminar
ini ikut mengalami dan menyaksikannya. Namun sebagai gambaran/ilustrasi untuk
mendukung istilah kebangkitan a.l :
1) Mulai mengangkat Guru Tetap
dan Karyawan Tetap
2) Menyusun pedoman Gaji guru
3) Menyusun pedoman
penyelenggaraan Administrasi.
4) Mengadakan Raker Kepala
Sekolah dan Bendahara
5) Pembangunan Gedung sekolah
baru
Seperti SPG 8 lokal, SMP bekas YAPPI, SMA 16 lokal, SMEA 10
lokal, STM 7 lokal, SMP Muh 11 Kedawung 8 lokal.
Mulai mengadakan Tabungan kemudian (Takem) dan Tabungan
Kesejahteraan (Takes).
8. MASA KETEGAPAN antara Th.
1985 – 1990.
Atas dasar SK PP Muh. No A-2/SKB/000/8590 Tgl. 4 JUni 1986
Susunan Pengurus PDM Sragen
Ketua
I
: Muti Uddin, BSc
Wk. Ketua
I : M. Chumaidi, SA
Wk. Ketua II
: Ahmad Sukemi
Wk. Ketua III : Achyani
Tugiyarto, BA
Sekretaris
I : Drs. Jumadi
Sekretaris
II : Drs. Muh Sauman
Bendahara
I : Drs. Daldiri
Bendahara II
: Solichul Qodri, BA
Anggota
: M. Amin Ismail
Ichsan Triyono, BE
Suyatno HM, BA
9. MASA PEREMAJAAN : 1990 –
1995
Susuna pengurus banyak didominasi Generasi Muda/Generasi
Penerus yang menduduki jabatan :
Ketua
I
: Muti Uddin, BSc
Wk. Ketua
I : Ahmad Sukemi
Wk. Ketua II
: Ichsan Triyono, BE
Sekretaris
I : Drs. Muh Sauman
Sekretaris
II : Mulyono Raharjo, BA
Bendahara
I : Drs. Daldiri
Bendahara II
: Sugeng, BA
10. MASA PENGEMBANGAN GERAKAN 1995 – 2000
Pada masa kepengurusan kali ini masih tetap banyak
didominasi oleh generasi Muda. Karena banyak dari generasi mudanya, Pimpinan
Daerah Muhammadiyah Kabupaten Sragen periode ini banyak melakukan pengembangan
– pengembangan gerakan. Pembangunan – pembangunan gedung – gedung milik
Muhammadiyah pada saat ini cukup lumayan untuk dibanggakan, diantaranya adalah
:
- Pengembangan Balai Pengobatan PKU Muhammadiyah.
- Pembangunan Masjid dan Gedung di Islamic Center Muhammadiyah.
- Pengembangan Pondok Pesantren Muhammadiyah.
Pada masa kepengurusan tahun 1995 – 2000, susunan
pengurusnya adalah sebagai berikut :
Ketua
: Drs. Moh.
Sauman
Ketua
I
: KH. Ahmad Sukemi
Ketua
II
: P. Hadi
Subroto, BA
Sekretaris
I
: Drs.
Jumadi
Sekretaris
II
: H. Moh.
Bilal , BA
Bendahara
I
: Drs. A.
Mastur Abbas
Bendahara
II
: H.
Abdullah
Anggota /Ketua M.
PKS
: H. Suyatno
HM, BA
Anggota/Ketua Majlis
Kes
: drg. H. Sunardi
Anggota/Ketua Majlis
Dikdasmen : Sugeng,
S.Pd.
Anggota/Ketua Majlis Tabligh
: H. Qowam
Karim, BA
Anggota
: dr.
Karyanto
Ketua Majlis
Pustaka
: Drs.
Sugimin
Ketua Majlis
Wakaf
: Moh.
Sukamto
Ketua
BPK
: Mulyono Raharjo, BA
Ketua Majlis
Ekonomi
: Muslich
WR.
Ketua Majlis
Kebudayaan
: H. Isnaini
KW
Ketua
LPPK
: Sukardi,
SE
11. MASA PENUH DINAMIKA 2000 – 2005
Musyawarah Daerah Muhammadiyah Kabupaten Sragen pada
tanggal 7 Mei 2001 menjadi sejarah Muhammadiyah Sragen. Sebab pada Musyda kali
ini muncul sebagai peraih suara terbanyak adalah seorang Kepala Dinas
Pendidikan Kabupaten Sragen, yang pada awalnya belum banyak terlibat di dalam
kepengurusan Pimpinan Daerah Muhammadiyah, namun sudah aktif di tingkat Cabang.
Pada masa kepengurusan kali ini tidak banyak perubahan yang signifikan terjadi
di Muhammadiyah, namun Muhammadiyah mulai di kenal dilingkungan birokrasi. Pada
periode ini pula Muhammadiyah berada pada era reformasi dan sekaligus berada
pada kondisi politik yang memanas, sebab proses pemilihan presiden dan wakil
presiden dilakukan secara langsung, sehingga dampaknya juga dirasakan oleh
Muhammadiyah. Dan pada saat yang sama Ketua PWM Jawa Tengah (Drs. H. Ahmad
Dahlan Rais, M.Hum) juga mencalonkan diri sebagai Anggota DPD, sehingga mau
tidak mau banyak aktifis Muhammadiyah yang terjun pada dunia politik dan
akhirnya Muhammadiyah juga menerima imbas darinya.
Pada periode kali ini, walaupun berjalan tertatih – tatih,
namun ada beberapa hal yang patut untuk dicatat, diantaranya :
- Pengembangan Ponpes Darul Ihsan sehingga ada SMP Darul Ihsan.
- Pengembangan Islamic Centre Muhammadiyah sehingga berdiri SDIT Birrul Walidain Muhammadiyah Sragen.
- Pengembangan Balai Pengobatan menjadi Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah dengan ijin Bupati Sragen.
- Pada periode ini pula dibuat rencana Balai Muhammadiyah Sragen yang mampu menaungi seluruh Majlis, Lembaga, Biro dan Ortom Muhammadiyah tingkat Daerah, yang rencana peletakan batu pertamanya pada acara rangkaian Musyda Muhammadiyah.
Pada masa kepengurusan tahun 2000 – 2005, susunan
pengurusnya adalah sebagai berikut :
Ketua
: Drs. H. Sutarno, MM
Ketua
I
: H. Qowam Karim, BA
Ketua
II
: Drs. H. Djamasri
Sekretaris
I
: Drs. H. Ahmad Mastur Abbas, MM
Sekretaris
II
: Drs. H. Achmad Markum
Bendahara
I
: Drs. H. Sururi
Bendahara
II
: Drs. Soewandi
Anggota /Ketua MPK &
KM
: Drs. H. Moh. Sauman, M.Pd.
Anggota/Ketua Majlis
Dikdasmen : H.
Sugeng, S.Pd.
Anggota/Ketua Majlis Tabligh
: Drs. H. Sajidan, M.Pd.
Anggota/Ketua MPK dan
SDI
: H. Sumadi
Anggota/Ketua Maj. Tarjih &
PPI : H.
Abdullah Affandi, S.Ag, M.Ag
Ketua Majlis
Wakaf
: Drs. H. Sugimin
Ketua Majlis
Ekonomi
: Drs. Moh. Dawam
Ketua Lembaga Seni & Budaya
: H. Ahmad
Dahlan, SP
Ketua Lemb. Buruh,Tani,
Nelayan : Nur
Cholis
Ketua
LPPK
: Sukardi, SE
Ketua Lemb. Pemd. Hukum &
HAM : Faisal Prawata, SH
12. MASA PENUH DINAMIKA TAHAP II 2006 – 2010
Muhammadiyah Sragen pada periode ini berada dalam kungkungan
kekuasaan otonomi daerah (yang sebenarnya sudah mulai pada periode sebelumnya).
Era otonomi daerah dan multi partai telah melahirkan tatanan kehidupan local
yang dinamis sekaligus pragmatis. Pragmatisme politik telah begitu melekat
ditengah masyarakat, sehingga idealisme gerakan Muhammadiyah senantiasa diuji
oleh tarik ulur kepentingan – kepentingan sesaat. Muhammadiyah Sragen pada
periode ini banyak mendapatkan ujian dan sekaligus tantangan. Dinamika
Pemilihan Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) pada Pemilu tahun 2009 kembali
memberikan tantangan kepada Muhammadiyah. Setelah menjadi keputusan Pimpinan
Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah tentang pengusungan kembali Ketua PWM Jateng
(Drs. H. Marpuji Ali, M.Si ) sebagai calon Anggota DPD Jateng, Muhammadiyah
Sragen mulai melakukan konsolidasi organisasi dan hasilnya perolehan suara
Calon DPD dari Muhammadiyah mendapatkan suara terbanyak diantara calon yang
lain. Namun, setelah penghitungan akhir tingkat Propinsi Calon DPD dari
Muhammadiyah ini juga gagal.
Selain hal tersebut, tantangan Muhammadiyah yang lain adalah
hubungan birokrasi Sragen yang kurang harmonis dikarenakan banyak kader – kader
Muhammadiyah yang melakukan kritik terhadap kebijakan public pemerintah
daerah. Namun ditengah tantangan dan cobaan yang bertubi – tubi
ini, Muhammadiyah Sragen mampu melakukan konsolidasi dan pembenahan –
pembenahan, diantaranya :
1. Pembangunan Gedung Dakwah
Muhammadiyah Sragen yang menelan dana lebih dari 400 juta. Gedung ini lalu
dimanfaatkan sebagai secretariat baru PDM Sragen yang semula di SMP
Muhammadiyah 1 Sragen (Jl. Raya Sukowati No. 129 Sragen. Gedung yang beralamat
di Jl. Yos Sudarso No. 06 Kutorejo Sragen Telp. 0271-892775 ini selain sebagai
Pusat Kegiatan PDM Sragen, juga dimanfaatkan untuk kegiatan Majelis dan Ortom
Muhammadiyah Sragen.
2. Dibidang pendidikan; pada
periode ini beberapa peningkatan terjadi, diantaranya:
2.1. Jumlah Sekolah – sekolah Muhammadiyah
mengalami peningkatan; yakni ada 13 SMP, 8 Madrasah Tsanawiyah, 8
SMA, 9 SMK dan beberapa Pondok Pesantren Muhammadiyah.
2.2. Berkembangnya SDIT Birrul Walidain
Muhammadiyah Sragen menjadi salah satu sekolah favorit di Sragen.
2.3. Berkembangnya Ponpes Darul Ihsan
Muhammadiyah Sragen sebagai tempat pengaderan Muhammadiyah Sragen, dimana
Ponpes DIMSA ini kemudian bisa melahirkan SMP dan SMA DIMSA.
3. Dibidang Kesehatan, PKU
Muhammadiyah Sragen di Masaran meningkat statusnya menjadi Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah, namun di akhir periode ini, status Rumah Sakit ini kembali
diturunkan karena beberapa factor.
4. Dibidang Tabligh dan
Dakwah, pada periode ini ada peningkatan kegiatan Tabligh dan pengajian Rutin;
diantaranya :
4.1. Pengajian Ahad Pagi
Masjid Agung Al Falah Sragen yang dikelola Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus.
4.2. Pengajian Ahad Pagi di
Masaran
4.3. Pengajian Ahad Pagi di
Gabugan Tanon.
4.4. Pengajian Rutin di
Gemolong dan Cabang – cabang yang lain.
B. Organisasi Otonom
1. Aisyiyah
Akar berdirinya Aisyiyah tidak bisa dilepas kan kaitannya dari akar
sejarah. Spirit berdirinya Muhammadiyah telah mengilhami berdirinya hampir
seluruh organisasi otonom yangada di uhammadiyah, termasuk Aisytyah.
Sejakmendirikan Muhammadiyah, Kiai Dahlan sangatmemperhatikan embinaan terhadap
wanita. Anak-anak perempuan yang potensial dibina dan dididikmenjadi pemimpin,
erta dipersiapkan untuk menjadi pengurus dalam organisasi wanita dalam
Muhammadiyah. Di antara ereka yang
dididik Kiai Dahlan ialah Siti Bariyah, Siti Dawimah, Siti Dalalah, Siti-
Busyro (putri beliau endiri), Siti
Dawingah, dan Siti Badilah Zuber.
Anak-anak perempuan itu
(meskipun usianya baru ekitar 15 tahun)
sudah diajak memikirkan soal-soal kemasyarakatan. Sebelum Aisyiyah secara
kongkret erbentuk, sifat gerakan
pembinaan wanita itu baru merupakan kelompok anak-anak perempuan yang enang berkumpul, kemudian diberi bimbingan
oleh KHA Dahlan dan Nyai Ahmad Dahlan dengan
elajaran agama. Kelompok anak- anak ini belum merupakan suatu
organisasi, tetapi kelompok anak-a nak
ang diberi pengajian. Pendidikan dan pembinaan terhadap wanita yang
usianya sudah tua pun ilakukan juga oleh Kiai Dahlan dan istrinya (Nyai
Dahlan). Ajaran agama Islam tidak memperkenankan engabaikan wanita. Mengingat pentingnya
peranan wanita yang harus mendapatkan tempat yang layak, Kyai Dahlan bersama-sama KHA. Dahlan
mendirikan kelompok pengajian wanita yang anggotanya terdiri para gadis-gadis dan orang-orang wanita yang
sudah tua.Dalam perkembangannya, kelompok pengajian wanita itu diberi nama Sapa
Tresna.
Sapa Tresna belum merupakan organisasi, hanya suatu gerakan
pengajian saja. Oleh karena
itu,untuk memberikan suatu nama yang kongkrit menjadi suatu perkumpulan, K.H.
Mokhtarmengadakan pertemuan dengan KHA. Dahlan yang juga dihadiri oleh H. Fakhrudin dan Ki Bagus
Hadikusumo serta pengurus Muhammadiyah lainnya di rumah Nyai Ahmad Dahlan.
Awalnya iusulkan nama Fatimah, untuk
orga- nisasi perkumpulan kaum wanita Muhammadiyah itu, tetapi nama itu tidak diterima oleh rapat.
Haji Fakhrudin kemudian
mengusulkan nama Aisyiyah yang kemudian
iterima oleh rapat tersebut. Nama Aisyiyah dipandang lebih tepat bagi
gerakan wanita ini karena didasari pertimbangan bahwa perjuanganwanita yang akan
digulirkan ini diharapkan dapat meniru
perjuangan Aisyah, isteri Nabi Muhammad, yang selalu membantu Rasulullah
dalam berdakwah. peresmian Aisyiyah dilaksanakan bersamaan peringatan Isra' Mi'raj
Nabi Muhammad pada tanggal 27 rajab 1335
H, bertepatan 19 Mei 1917 M. Peringatan Isra' Mi'raj tersebut merupakan
peringatan yang diadakan Muhammadiyah untuk
pertama kalinya. Selanjutnya, K.H. Mukhtar memberi bimbingan
administrasi dan organisasi, sedang untuk bimbingan jiwa keagamaannya dibimbing
langsung oleh KHA. Dahlan.
Pesan Kiyai Dahlan setelah kepengurusan Aisyiyah secara resmi
terbentuk ialah sebagai berikut:
1. Dengan keikhlasan hati menunaikan tugasnya sebagai wanita Islam sesuai dengan bakat
dan percakapannya, tidak menghendaki
sanjung puji dan tidak mundur selangkah
karena dicela.
2.Penuh keinsyafan, bahwa
beramal itu harus berilmu.
3.Jangan mengadakan alasan yang tidak dianggap sah oleh Tuhan Allah
hanya untuk menghindari suatu tugas yang diserahkan.
4.Membulatkan tekad untuk membela kesucian agama Islam.
5. Menjaga persaudaraan dan kesatuan kawan sekerja dan
peperjuangan Pada tahun 1919,
dua tahun setelah berdiri, Aisyiyah merintis pendidikan dini untuk anak-anak
dengan nama Frobel, yang merupakan Taman Kanan-Kanak pertama kali yang
didirikan oleh bangsa Indonesia. Selanjutnya Taman kanak-kanak ini diseragamkan
namanya menjadi TK Aisyiyah Bustanul Athfal yang saat ini telah mencapai 5.865
TK di seluruh Indonesia.
Gerakan pemberantasan
kebodohan yang menjadi salah satu pilar perjuangan Aisyiyah dicanangkan dengan
mengadakan pemberantasanbuta huruf pertama kali, baik buta huruf arab maupun latin pada tahun 1923. Dalam
kegiatan ini para peserta yang terdiri
dari para gadis dan ibu- ibu rumah tangga belajar bersama dengan tujuan meningkatkan pengetahuan dan peningkatan
partisipasi perempuan dalam dunia publik. Selain itu, pada tahun 1926, Aisyiyah
mulai menerbitkan majalah organisasi yang diberi nama Suara Aisyiyah, yang awal
berdirinya menggunakan Bahasa Jawa.
Melalui majalah bulanan inilah Aisyiyah antara lain mengkomunikasikan semua program dan
kegiatannya termasuk konsolidasi internal organisasi.
Dalam hal pergerakan kebangsaan, Aisyiyah juga termasuk
organisasi yang turut memprakarsai dan membidani terbentuknya organisasi wanita
pada tahun 1928. Dalam hat ini, Aisyiyah bersama dengan organisasi wanita lain
bangkit berjuang untuk membebaskan bangsa Indonesia dari belenggu penjajahan
dan kebodohan. Badan federasi ini diberi nama Kongres Perempuan Indonesia yang
sekarang menjadi KOWANI (Kongres Wanita Indonesia). Lewat federasi ini berbagai
usaha dan bentuk perjuangan bangsa dapat dilakukan secara terpadu.
Aisyiyah berkembang
semakin pesat dan menemukan bentuknya sebagai organisasi wanita modern.
Aisyiyah mengembangkan berbagai program untuk pembinaan dan pendidikan wanita.
Diantara aktivitas Aisyiyah ialah Siswa Praja Wanita bertugas membina dan
mengembangkan puteri- puteri di luar sekolah sebagai kader Aisyiyah. Pada Kongres
Muhammadiyah ke-20 tahun 1931 Siswa Praja Wanita diubah menjadi Nasyi'atul
Aisyiyah (NA). Di samping itu, Aisyiyah juga mendirikan Urusan Madrasah
bertugas mengurusi sekolah/ madrasah khusus puteri, Urusan Tabligh yang
mengurusi penyiaran agama lewat pengajian, kursus dan asrama, serta Urusan
Wal'asri yang mengusahakan beasiswa untuk siswa yang kurang mampu. Selain itu,
Aisyiyah pada tahun 1935 juga mendirikan Urusan Adz-Dzakirat yang bertugas
mencari dana untuk membangun Gedung 'Aisyiyah dan modal mendirikan koperasi.
Perkembangan Aisyiyah selanjutnya pada tahun
1939 mengalami titik kemajuan yang sangat pesat. Aisyiyah menambah Urusan
Pertolongan (PKU) yang bertugas menolong kesengsaraan umum. Oleh karena
sekolah-sekolah putri yang didirikan sudah semakin banyak, maka Urusan
Pengajaran pun didirikan di Aisyiyah. Di samping itu, Aisyiyah juga mendirikan
Biro Konsultasi Keluarga. Demikianlah, Aisyiyah menjadi gerakan wanita Islam
yang mendobrak kebekuan feodalisme dan ketidaksetaraan gender dalam masyarakat
pada masa itu, serta sekaligus melakukan advokasi pemberdayaan kaum perempuan.
2. Pemuda Muhammadiyah
Pemuda Muhammadiyah merupakan organisasi otonom Muhammadiyah yang
bergerak dikalangan pemuda. Pemuda Muhammadiyah didirikan pada tanggal 26
Dhulhijjah 1350 Hijriyah bertepatan dengan tanggal 2 Mei 1932. Maksud dan
tujuan Pemuda Muhammadiyah adalah menghimpun, membina dan menggerakkan potensi
pemuda Islam demi terwujudnya kader persyarikatan, kader umat dan kader bangsa
dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah. Ruang lingkup dan usaha gerakan
Pemuda Muhammadiyah yaitu gerakan dakwah amar ma'ruf nahi munkar, gerakan
keilmuan, gerakan sosial kemasyarakatan dan gerakan kewirausahaan. Anggota
Pemuda Muhammadiyah adalah pemuda Islam, warga negara Indonesia yang berumur 18
- 40 tahun dan menyetujui anggaran dsar gerakan serta bersedia melaksanakan
maksud dan tujuan gerakan. Motto perjuangan Pemuda Muhammadiyah adalah
"FASTABIQUL KHAIRAT" yang artinya berlomba-lomba dalam kebajikan.
3. Nasyiatul ‘Aisyiyah
Nasyiyatul Aisyiyah adalah
organisasi otonom Muhammadiyah, merupakan gerakan putri Islam yang bergerak di
bidang keperempuanan, kemasyarakatan dan keagamaan. Nasyiyatul Aisyiyah
didirikan di Yogyakarta pada tanggal 28 Dzulhijjah 1349 H bertepatan dengan 16
Mei 1931 M. Tujuan organisasi ini adalah terbentuknya pribadi putri Islam yang
berarti bagi keluarga, negara, bangsa dan agama menuju terwujudnya masyarakat
Islam yang sebenar-benarnya. Anggota Nasyiyatul
Aisyiyah adalah putri Islam, warga negara Indonesia yang berusia 17-40 tahun
dan menyetujui serta mendukung tujuan organisasi. Semboyan Nasyiyatul Aisyiyah
adalah "ALBIRRU MANITTAQAA" yang artinya kebaikan adalahbagi siapa
yang bertaqwa dan berbakti kepada Allah.
Berdirinya Nasyi'atul Aisyiyah
(NA) juga tidak bisa dilepaskan kaitannya dengan rentang sejarah Muhammadiyah
sendiri yang sangat memperhatikan keberlangsungan kader penerus perjuangan.
Muhammadiyah dalam membangun ummat memerlukan kader-kader yang tangguh yang
akan meneruskan estafet perjuangan dari para pendahulu di lingkungan
Muhammadiyah.
Gagasan
mendirikan NA sebenarnya bermula dari ide Somodirdjo, seorang guru Standart
School Muhammadiyah. Dalam usahanya untuk memajukan Muhammadiyah, ia
menekankan bahwa perjuangan Muhammadiyah akan sangat terdorong dengan adanya
peningkatan mutu ilmu pengetahuan yang diajarkan kepada para muridnya, baik
dalam bidang spiritual, intelektual, maupun jasmaninya.
Gagasan
Somodirdjo ini digulirkan dalam bentuk menambah pelajaran praktek kepada para
muridnya, dan diwadahi dalam kegiatan bersama. Dengan bantuan Hadjid, seorang
kepala guru agama di Standart School Muhammadiyah, maka pada tahun
1919 Somodirdjo berhasil mendirikan perkumpulan yang anggotanya terdiri dari
para remaja putra-putri siswa Standart School Muhammadiyah.
Perkumpulan tersebut diberi nama Siswa Praja (SP). Tujuan dibentuknya Siswa
Praja adalah menanamkan rasa persatuan, memperbaiki akhlak, dan
memperdalam agama.
Pada
awalnya, SP mempunyai ranting-ranting di sekolah Muhammadiyah yang ada, yaitu
di Suronatan, Karangkajen, Bausasran, dan Kotagede. Seminggu sekali anggota SP
Pusat memberi tuntunan ke ranting-ranting. Setelah lima bulan berjalan,
diadakan pemisahan antara anggota laki-laki dan perempuan dalam SP. Kegiatan SP
Wanita dipusatkan di rumah Haji Irsyad (sekarang Musholla Aisyiyah Kauman).
Kegiatan SP Wanita adalah pengajian, berpidato, jama'ah subuh, membunyikan
kentongan untuk membangunkan umat Islam Kauman agar menjalankan kewajibannya
yaitu shalat shubuh, mengadakan peringatan hari-hari besar Islam, dan kegiatan
keputrian.
Perkembangan
SP cukup pesat. Kegiatan-kegiatan yang dilakukannya mulai segmented dan
terklasifikasi dengan baik. Kegiatan Thalabus Sa'adah diseleng-gerakan
untuk anak-anak di atas umur 15 tahun. Aktivitas Tajmilul Akhlak diadakan untuk
anak-anak berumur 10-15 tahun. Dirasatul Bannat diselenggarakan dalam bentuk
pengajian sesudah Maghrib bagi anak-anak kecil. Jam'iatul Athfal dilaksanakan
seminggu dua kali untuk anak-anak yang berumut 7-10 tahun. Sementara itu juga
diselenggarakan tamasya ke luar kota setiap satu bulan sekali.
Kegiatan
SP Wanita merupakan terobosan yang inovatif dalam melakukan emansipasi wanita
di tengah kultur masyarakat feodal saat itu. Kultur patriarkhis saat itu
benar-benar mendomestifikasi wanita dalam kegiatan-kegiatan rumah tangga. Para
orang tua seringkali melarang anak perempuannya keluar rumah untuk
aktifitas-aktifitas yang emansipatif. Namun dengan munculnya SP Wanita, kultur
patriarkhis dan feodal tersebut bisa didobrak. Hadirnya SP Wanita sangat
dirasakan manfaatnya, karena SP Wanita membekali wanita dan putri-putri
Muhammadiyah dengan berbagai pengetahuan dan ketrampilan.
Pada
tahun 1923, SP Wanita mulai diintegrasikan menjadi urusan Aisyiyah.
Perkembangan selanjutnya, yaitu pada tahun 1924, SP Wanita telah mampu
mendirikan Bustanul Athfal, yakni suatu gerakan untuk membina anak
laki-laki dan perempuan yang berumur 4-5 tahun. Pelajaran pokok yang diberikan
adalah dasar-dasar keislaman pada anak-anak. SP Wanita juga menerbitkan buku
nyanyian berbahasa Jawa dengan nama Pujian Siswa Praja. Pada tahun 1926,
kegiatan SP Wanita sudah menjangkau cabang-cabang di luar Yogyakarta.
Pada tahun 1929, Konggres
Muhammadiyah yang ke-18 memutuskan bahwa semua cabang Muhammadiyah diharuskan
mendirikan SP Wanita dengan sebutan Aisyiyah Urusan Siswa Praja. Pada
tahun 1931 dalam Konggres Muhammadiyah ke-20 di Yogyakarta diputuskan semua
nama gerakan dalam Muhammadiyah harus memakai bahasa Arab atau bahasa Indonesia,
karena cabang-cabang Muham-madiyah di luar Jawa sudah banyak yang didirikan
(saat itu Muhammadiyah telah mempunyai cabang kurang lebih 400 buah). Dengan
adanya keputusan itu, maka nama Siswa Praja Wanita diganti menjadi
Nasyi'atul Aisyiyah (NA) yang masih di bawah koordinasi Aisyiyah.
Tahun
1935 NA melaksanakan kegiatan yang semakin agresif menurut ukuran saat itu.
Mereka menga-dakan shalat Jum'at bersama-sama, mengadakan tabligh ke berbagai
daerah, dan kursus administrasi. Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan aktifitas
yang tidak wajar dilaksanakan oleh wanita pada saat itu.
Pada Konggres Muhammadiyah ke-26
tahun 1938 di Yogyakarta diputuskan bahwa Simbol Padi menjadi simbol NA, yang
sekaligus juga menetapkan nyanyian Simbol Padi sebagai Mars NA. Perkembangan NA semakin pesat pada tahun 1939 dengan
diseleng-garakannya Taman Aisyiyah yang mengakomodasikan potensi, minat, dan
bakat putri-putri NA untuk dikem-bangkan. Selain itu, Taman Aisyiyah juga
menghimpun lagu-lagu yang dikarang oleh komponis-komponis Muhammadiyah dan
dibukukan dengan diberi nama Kumandang Nasyi'ah.
Pada masa
sekitar revolusi, percaturan politik dunia yang mempengaruhi
Indonesia membawa akibat yang besar atas kehidupan masyarakat. Organisasi NA
mengalami kemacetan. NA hampir tidak terdengar lagi perannya di tengah-tengah
masyarakat. Baru setelah situasi mengijinkan, tahun 1950, Muhammadiyah
mengadakan Muktamar untuk mendinamisasikan gerak dan langkahnya. Muktamar
tersebut memutuskan bahwa Aisyiyah ditingkatkan menjadi otonom. NA dijadikan
bagian yang diistimewakan dalam Aisyiyah, sehingga terbentuk Pimpinan Aisyiyah
seksi NA di seluruh level pimpinan Aisyiyah. Dengan demikian, hal ini berarti
NA berhak mengadakan konferensi tersendiri.
Pada Muktamar Muhammadiyah di
Palembang tahun 1957, dari Muktamar Aisyiyah disampaikan sebuah prasaran untuk
mengaktifkan anggota NA yang pokok isinya mengharapkan kepada Aisyiyah untuk
memberi hak otonom kepada NA. Prasaran tersebut disampaikan oleh Baroroh.
Selanjutnya pada Muktamar Muham-madiyah di Jakarta pada tahun 1962, NA diberi
kesempatan untuk mengadakan musyawarah tersendiri. Kesempatan
ini dipergunakan sebaik-baiknya oleh NA dengan menghasilkan rencana kerja yang
tersistematis sebagai sebuah organisasi.
Pada
sidang tanwir Muhammadiyah tahun 1963 diputuskan untuk memberi status otonom
kepada NA. Di bawah kepemimpinan Majelis Bimbingan Pemuda, NA yang saat itu
diketuai oleh Siti Karimah mulai mengadakan persiapan-persiapan untuk
mengadakan musyawarahnya yang pertama di Bandung. Dengan didahului mengadakan
konferensi di Solo, maka berhasillah NA dengan munasnya pada tahun 1965
bersama-sama dengan Muktamar Muhammadiyah dan Aisyiyah di Bandung. Dalam Munas
yang pertama kali, tampaklah wajah-wajah baru dari 33 daerah dan 166 cabang
dengan penuh semangat, akhirnya dengan secara organisatoris NA berhasil
mendapatkan status yang baru sebagai organisasi otonom Muhammadiyah.
4. Hizbul Wathan
Sekilas
Perjalanan Kepanduan Hisbul Wathan
1.
Didirikan oleh KH. Ahmad
Dahlan pada tahun 1918.
2.
Dilarang bergerak oleh
pemerintah pendudukan Jepang dalam perang dunia II tahun 1942-1945.
3.
Bangkit kembali seusai
perang kemerdekaan tahun 1951.
4.
Dilebur dalam Pramuka
tahun 1961, dengan Kepres no. 238 tahun 1961.
5.
Dibangkitkan kembali oleh
PP Muhammadiyah sebagai Ortom pada tanggal 18 November 1999 dalam era
reformasi.
Jatidiri
Kepanduan Hisbul Wathan
A. Identitas Kepanduan Hizbul Wathan
·
Kepanduan
Hizbul Wathan adalah sistem pendidikan anak, remaja dan pemuda, di luar
lingkungan keluarga dan sekolah, dalam membentuk warga masyarakat islami yang
berguna dan berakhlak mulia, dengan metode kepanduan.
·
Gerakan
Kepanduan Hizbul Wathan adalah organisasi otonom Muhammadiyah, yang
mengkhususkan pendidikan anak, remaja dan pemuda menjadi warga masyarakat yang
mandiiri dan berakhlak mulia, dengan metode kepanduan yang islami.
B. Sifat Kepanduan Hizbul Wathan (HW)
Kepanduan HW mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
·
Terbuka,
artinya dapat meneima siapa saja yang memenuhi syarat menjadi anggota.
·
Sukarela,
artinya tidak ada paksaan atau perintah untuk menjadi anggota.
·
Nasional,
artinya diperuntukkan bagi bangsa Indonesia, bergerak di bumi Indonesia dalam
rangka mencerfdaskan bangsa.
·
Islami,
sebagai salah satu dari organisasi otonom Muhammadiyah, yang mengemban misi dan
visi persyarikatan.
C. Ciri khas Kepanduan Hizbul Wathan
Ciri khas Kepanduan HW, ditandai dari prinsip dasar dan metode
pendidikan:
1. Prinsip Dasar yang harus dipatuhi adalah:
·
Pengamalan
akidah islamiyah.
·
Pembentukan
dan pembinaan akhlak mulia menurut ajaran Islam.
·
Pengamalan
Kode Kehormatan Pandu.
·
Pendidikan
di luar lingkungan keluarga dan sekolah.
·
Satuan
dan kegiatan terpisah antara putera dan puteri.
·
Tidak
terkait dan berorientasi kepada partai politik atau golongan tertentu.
2. Metode Pendidikan yang diterapkan adalah:
·
Kegiatan
dilakukan di alam terbuka.
·
Pendidikan
dengan metode yang menarik, menyenangkan dan menantang.
·
Pemberdayaan
anak didik dengan penerapan sistem beregu.
·
Penggunaan
sistem kenaikan tingkat dan tanda kecakapan.
D. Kode Kehormatan Pandu
Kode kehormatan pandu
terdiri dari Janji Pandu dan Undang undang Pandu; yang masing-masing dibedakan
antara pandu Athfal dan pandu Pengenal/Penghela/Penuntun.
1. Janji Pandu
·
Janji
Pandu Athfal
·
Janji
Pandu Pengenal/Penghela/Penuntun
2. Undang-undang
·
Undang-undang
Pandu Athfal
·
Undang-undang
Pandu Pengenal/Penghela/Penuntun
E. Lambang dan Simbol Kepanduan Hizbul Wathan
·
Lambang
Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan adalah lingkaran matahari bersinar 12 dengan
inisial HW di tengahnya.
·
Simbol
Gerakan Hizbul Wathan adalah sekuntum bunga melati yang dibawahnya ada pita
bertuliskan Fastabiqul Khairat dalam huruf Arab, bermakna berlomba-lomba dalam
kebajikan.
·
Sinar
Matahari sebanyak dua belas yang di dalamnya terdapat inisial HW bermakna
bahwa setiap pandu HW diharapkan mampu memancarkan sinar pribadi muslim sehari
penuh kepada masyarakat, bangsa dan negara.
·
Kuncup
melati dengan daun mahkota berwarna putih bermakna suci, berjumlah lima helai
bermakna rukun Islam. Daun kelopak berjumlah enam helai (tampak tiga) bermakna
rukun Iman, dan dua helai daun bermakna dua kalimat syahadat.
F. Bendera Kepanduan Hizbul Wathan
·
Bendera
resmi Gerakan Kepanduan HW berbentuk kain empat persegi panjang, lebar dan
panjang bendera berbanding dua dan tiga. Di dalamnya terdapat enam strip
berwarna hijau dan lima strip berwarna kuning. Di sudut sebelah kiri atas
terdapat lambang HW, berwarna putih di atas persegi panjang warna hijau dengan
ukuran lebar sepertiga lebar bendera dan ukuran panjang sepertiga panjang
bendera.
·
Strip
hijau berjumlah enam bermakna rukun Iman dan strip kuning berjumlah lima
bermakna rukun Islam.
·
Ukuran
bendera resmi sama untuk seluruh tingkat dan satuan, yaitu 90 cm x 135 cm.
·
Bendera
Suku Penghela, Pasukan Pengenal dan Rumpun Athfal, serta bendera Regu Pengenal
dan Kuntum Athfal disesuaikan dengan ciri khas dan kebanggaan masing-masing.
Ketentuan lebih rinci dijelaskan dalam Surat Ketetapan dari Kwartir Pusat dan
dalam Buku Peraturan Dasar.
G. Pakaian Seragam Pandu Hizbul Wathan
1. Pengertian Pakaian seragam
Pakaian seragam
adalah pakaian resmi pandu HW yang dikenakan oleh setiap anggotanya
sebagai salah satu identitas organisasi dengan fungsi, criteria dan tata
cara pemakaian tertentu.
2. Fungsi pakaian seragam pandu HW adalah:
·
Sebagai
identitas
·
Sebagai
penguat jiwa korsa
·
Sebagai
daya tarik
·
Sebagai
motivasi pengendalian disiplin
·
Sebagai
jalinan kebersamaan
·
Sebagai
cerminan kerapihan
·
Sebagai
barang kenang-kenangan
3. Kriteria Pakaian Seragam
·
Memiliki
estetika (seni dan keindahan)
·
Menarik
untuk mayoritas peserta didik dan anggota.
·
Cocok
dan mendukung kegiatan di lapangan.
·
Sederhana
tapi anggun, praktis dan mudah pengadaannya
·
Paduan
warna harmonis dan mengandung makna.
·
Memenuhi
norma masyarakat dan agama
·
Mencirikan
jati diri organisasi dan belum digunakan oleh organisasi lain.
4. Tata Tertib Pakaian Seragam HW
Pemakaian seragam baku
pada saat yg ditentukan harus utuh selengkapnya. Cara pemakaiannya harus
tertib sesuai dengan norma dan ketentuan yang berlaku. Saat pemakaian seragam
ditentukan sbb.:
·
Upacara
resmi dan pertemuan kepanduan HW
·
Upacara
kenegaraan, untuk mewakili HW
·
Latihan
HW rutin, khusus, perkemahan dls.
·
Upacara
di lingkungan Muhammadiyah.
·
Upacara
pemakaman tokoh nasional / Muh.
5. Dilarang pemakaian seragam untuk
kepentingan parta, golongan, famili, kelompok dan perorangan.
H. Atribut Pandu Hizbul Wathan
Pengertian Atribut
Atribut adalah
tanda-tanda yg dikenakan oleh anggota pandu, untuk menunjukkan
jabatan, jenjang tingkat kecakapan, satuan dan daerah.
Fungsi Atribut
·
Menunjang
identitas
·
Menandakan
status dan posisi
·
Menunjukkan
prestasi kerja
·
Menimbulkan
kebanggaan
·
Menandakan
tingkatan
·
Menjadi
kenang-kenangan.
·
Kriteria
Atribut yang baik
·
Memenuhi
estetika dan seni/keindahan
·
Anggun
dan menunjang wibawa
·
Sederhana,
mudah dibuat dan murah.
·
Simbul-simbulnya
bermakna
·
Belum
dimiliki organisasi lain.
I. Hymne dan Mars Hizbul Wathan
·
Hymne
Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan adalah HIZBUL WATHAN PANDUKU
·
Mars
Kepanduan Hizbul Wathan adalah MARS HIZBUL WATHAN.
·
Hymne
dan Mars, seta penggunaannya dijelaskan dalam Buku Peraturan Dasar.
5. Tapak Suci
Tapak
suci merupakan organisasi otonom Muhammadiyah yang beranggotakan
pesilat-pesilat di lingkungan Muhammadiyah. Organisasi ini didirikan pada
tanggal 10 Rabiul Awwal 13 83 H bertepatan dengan 13 Juli 1963 M. Tujuan
organisasi ini adalah mendidik serta membina ketangkasan dan keterampilan
pencak silat sebagai seni beladiri Indonesia, memelihara kemurnian pencak silat
sebagai seni beladiri Indonesia yang sesuai dan tidak menyimpang dari ajaran
Islam sebagai budaya bangsa yang luhur dan bermoral, serta mendidik dan membina
anggota untuk menjadi kader Muhammadiyah. Melalui seni beladiri, tapak suci
mengamalkan dakwah amar ma'ruf nahi munkar dalam usaha mempertinggi ketahanan
nasional.
Tradisi
pencak silat sudah berurat-berakar di kalangan masyarakat Indonesia sejak lama.
Sebagaimana seni beladiri di negara-negara lain, pencak silat yang merupakan
seni beladiri khas Indonesia memiliki ciri khas tersendiri yang dikembangkan
untuk mewujudkan identitas. Demikian pula bahwa seni beladiri pencak silat di
Indonesia juga beragam dan memiliki ciri khas masing-masing.
Tapak
Suci sebagai salah satu varian seni beladiri pencak silat juga memiliki ciri
khas yang bisa menunjukkan identitas yang kuat. Ciri khas tersebut dikembangkan
melalui proses panjang dalam akar sejarah yang dilaluinya.
Berawal dari aliran pencak silat
Banjaran di Pesantren Binorong Banjarnegara pada tahun 1872, aliran ini
kemudian berkembang menjadi perguruan seni bela diri di Kauman Yogyakarta
karena perpindahan guru (pendekarnya), yaitu KH. Busyro
Syuhada, akibat gerakan perlawanan bersenjata yang dilakukannya sehingga ia
menjadi sasaran penangkapan yang dilakukan rezim kolonial Belanda. Di Kauman
inilah pendekar KH. Busyro Syuhada mendapatkan murid-murid yang tangguh dan
sanggup mewarisi keahliannya dalam seni pencak silat. Perguruan seni pencak
silat ini didirikan pada tahun 1925 dan diberi nama Perguruan cik auman yang
dipimpin langsung oleh Pendekar M.A Wahib dan Pendekar A. Dimyati, yaitu dua
orang murid yang tangguh dari KH. Busyro Syuhada. Perguruan ini memiliki
landasan agama dan kebangsaan yang kuat. Perguruan ini menegaskan seluruh
pengikutnya untuk bebas dari syirik (menyekutukan Tuhan) dan mengab-dikan
perguruan untuk perjuangan agama dan bangsa.
Perguruan
Cikauman banyak melahirkan pendekar-pendekar muda yang akhirnya mengembangkan
cabang perguruan untuk memperluas jangkauan yang lebih luas dengan nama
Perguruan Seranoman pada tahun 1930. Perkembangan kedua perguruan ini semakin
hari semakin pesat dengan pertambahan murid yang cukup banyak. Murid-murid dari
perguruan ini kemudian banyak menjadi anggota Laskar Angkatan Perang Sabil
(APS) untuk melawan penjajah, dan banyak yang gugur dalam perlawanan
bersenjata.
Lahirnya
pendekar-pendekar muda hasil didikan perguruan Cikauman dan Seranoman
memungkinkan untuk mendirikan perguruan-perguruan baru, yang di antaranya ialah
Perguruan Kasegu pada tahun 1951. Atas desakan murid-murid dari Perguruan
Kasegu inilah inisiatif untuk menggabungkan semua perguruan silat yang sealiran
dimulai. Pada tahun 1963, desakan itu semakin kuat, namun mendapatkan tentangan
dari para ulama Kauman dan para pendekar tua yang merasa terlangkahi. Dengan
pendekatan yang intensif dan dengan pertimbangan bahwa harus ada kekuatan fisik
yang dimiliki ummat Islam menghadapi kekuatan komunis yang melakukan provokasi
terhadap ummat Islam, maka gagasan untuk menyatukan kembali kekuatan-kekuatan perguruan
yang terserak ke dalam satu kekuatan perguruan dimulai. Seluruh perangkat
organisasional dipersiapkan, dan akhirnya disepakati untuk menggabungkan
kembali kekuatan-kekuatan perguruan yang terserak ke dalam satu kekuatan
perguruan, yaitu mendirikan Perguruan Tapak Suci pada tanggal 31 Juli 1960 yang
merupakan keberlanjutan sejarah dari perguruan-perguruan sebelumnya.
Pada perkembangan selanjutnya,
Perguruan Tapak Suci yang berkedudukan di Yogyakarta akhirnya berkembang di
Yogyakarta dan daerah-daerah lainnya. Setelah
meletusnya pemberontakan G30 S/PKI, pada tahun 1966 diselenggarakan Konferensi
Nasional I Tapak Suci yang dihadiri oleh para utusan Perguruan Tapak Suci yang
tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Pada saat itulah berhasil dirumuskan
pemantapan organisasi secara nasional, dan Perguruan Tapak Suci dikem-bangkan
lagi namanya menjadi Gerakan dan Lembaga Perguruan Seni Beladiri Indonesia
Tapak Suci Putera Muhammadiyah. Dan pada sidang tanwir Muham-madiyah tahun
1967, Tapak Suci Putera Muhammadiyah ditetapkan menjadi organisasi otonom di
lingkungan Muhammadiyah, karena Tapak Suci Putera Muham-madiyah juga mampu
dijadikan wadah pengkaderan Muhammadiyah.
6. Ikatan Pelajar Muhammadiyah
Ikatan Pelajar
Muhammadiyah adalah Organisasi Otonom Muhammadiyah, merupakan gerakan Islam,
dakwah amar makruf nahi munkar di kalangan pelajar, berakidah Islam dan
bersumber pada Al-Qur‘an dan As-Sunnah. Lambang Ikatan Pelajar Muhammadiyah
adalah segi lima berisi runcing di bawah yang merupakan deformasi bentuk pena
dengan jalur besar tengah runcing di bawah berwarna kuning, diapit oleh dua
jalur berwarna merah dan dua jalur berwarna hijau dengan matahari bersinar
sebagai keluarga Muhammadiyah di mana tengah bulatan matahari terdapat gambar
buku dan tulisan Al-Qur’an surat Al-Qolam ayat 1 dan tulisan IPM di bawah
matahari.IPM bersemboyan NUUN WAL QOLAMI WAMAA YASTHURUUN yang berarti : Nuun,
demi pena dan apa yang dituliskannya.
Maksud dan tujuan IPM adalah terbentuknya pelajar muslim yang berilmu, berakhlak mulia, dan terampil dalam rangka menegakkan dan menjunjung tinggi nilai-nilai ajaran Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Maksud dan tujuan IPM adalah terbentuknya pelajar muslim yang berilmu, berakhlak mulia, dan terampil dalam rangka menegakkan dan menjunjung tinggi nilai-nilai ajaran Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Sejak resmi
didirikannya organisasi Ikatan Pelajar Muhammadiyah pada 5 Shafar 1381 H
bertepatan dengan tanggal 18 Juli 1961 M di Surakarta pada momen Konferensi
Pemuda Muhammadiyah, Pemuda Muhammadiyah di beberapa daerah di Jawa Tengah
dengan cepat merespon salah satu hasil konferensi tersebut. Apalagi pendirian
IPM di seluruh Indonesia tersebut diperkuat oleh instruksi Pimpinan Pusat
Pemuda Muhammadiyah No. 4 Tahun 1962 tertanggal 4 Februari 1962 yang berisi
instruksi kepada Pemuda Muhammadiyah Daerah se-Indonesia agar membentuk IPM di
daerahnya masing-masing. Embrio
berdirinya IPM di Jawa Tengah bermula dari didirikannya IPM di daerah Klaten,
Surakarta dan Kabupaten Pekalongan. Tidak heran jika Musyawarah Daerah di
Klaten telah mencapai Musyawarah Daerah ke XXI, Surakarta telah mencapai
Musyawarah Daerah ke XX dan Kabupaten Pekalongan telah mencapai Musyawarah
Daerah ke XIX, telah melebihi digit penyelenggaraan Musyawarah Wilayah dan
Muktamar, yaitu XVIII dan XVI. Selanjutnya, pasca Musyawarah Nasional I Ikatan
Pelajar Muhammadiyah tanggal 18-24 November 1966 di Jakarta, Musyawarah Wilayah
I IPM Jawa Tengah dilaksanakan pada tanggal 26 Agustus 1967 di Kudus, yang
salah satu hasilnya adalah menetapkan M. Soeratman sebagai sekretaris umum.
Sejak saat itu, IPM di Jawa Tengah dapat eksis dan berkembang hingga kebeberapa
daerah di Jawa Tengah.
7. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah adalah organisasi otonom Muhammadiyah yang beranggotakan
seluruh mahasiswa yang berada di lingkungan Muhammadyah. Organisasi ini didirikan pada
tanggal 19 Syawal 1384 H bertepatan dengan 14 Maret 1964 M. Tujuan organisasi
ini adalah mengusahakan terbentuknya akademisi muslim, cakap, terampil dalam
rangka mencapai tujuan Muhammadiyah.
C. Kegiatan Amal Usaha
1.
RS PKU Muhammadiyah Sragen
2.
Panti Asuhan Muhammadiyah Sragen Putra
3.
Panti Asuhan Muhammadiyah Sragen Putri
4.
Pondok Pesantren Darul Ikhsan
Muhammadiyah Sragen
5.
Pondok Pesantren At-Taqwa Muhammadiyah
Sragen
6.
Daftar nama sekolah Muhammadiyah se Kabupaten Sragen
a.
SMP
·
SMP Muhammadiyah 1 Sragen
·
SMP Muhammadiyah 2 Masaran
·
SMP Muhammadiyah 3 Sambungmacan
·
SMP Muhammadiyah 4 Sukodono
·
SMP Muhammadiyah 5 Tanon
·
SMP Muhammadiyah 6 Plupuh
·
SMP Muhammadiyah 7 Sumberlawang
·
SMP Muhammadiyah 8 Miri
·
SMP Muhammadiyah 9 Gemolong
·
SMP Muhammadiyah 11 Kedawung
·
SMP Muhammadiyah 12 Wonorejo
·
SMP Muhammadiyah 14 Sragen
·
SMP Al Qolam Gemolong
b.
MTs
·
MTs Muhammadiyah 1 Gemolong
·
MTs Muhammadiyah 2 Sragen
·
MTs Muhammadiyah 3 Kliwonan
·
MTs Muhammadiyah 4 Buluboto
·
MTs Muhammadiyah 5 Trombol
·
MTs Muhammadiyah 6 Sribit
·
MTs Muhammadiyah 7 Sambirejo
·
MTs Muhammadiyah Jambangan
c.
SMA
·
SMA Muhammadiyah 1 Sragen
·
SMA Muhammadiyah 2 Gemolong
·
SMA Muhammadiyah 3 Masaran
·
SMA Muhammadiyah 4 Sumberlawang
·
SMA Muhammadiyah 5 Tanon
·
SMA Muhammadiyah 6 Gondang
·
SMA Muhammadiyah 8 Kalijambe
·
SMA Muhammadiyah 9 Sambirejo
d.
SMK
·
SMK Muhammadiyah 1 Sragen
·
SMK Muhammadiyah 2 Sragen
·
SMK Muhammadiyah 3 Gemolong
·
SMK Muhammadiyah 4 Sragen
·
SMK Muhammadiyah 5 Miri
·
SMK Muhammadiyah 6 Gemolong
·
SMK Muhammadiyah 7 Sambungmacan
e.
MI/SD
·
SD Muhammadiyah Sragen
·
SD Muhammadiyah Siboto/Kalijambe
·
SD ‘Aisyiyah Gemolong
·
MI Muhammadiyah wonorejo
·
MI Muhammadiyah Saren
·
MI Muhammadiyah 1 Donoyudan
·
MI Muhammadiyah 2 Donoyodan
·
MI Muhammadiyah Karangjati
·
MI Muhammadiyah Krikilan
·
MI Muhammadiyah Banaran
·
MI Muhammadiyah Ngembat Padas/ Gemolong
·
MI Muhammadiyah Kaloran/ Gemolong
·
MI Muhammadiyah Purwerejo/ Gemolong
·
MI Muhammadiyah Brojol/ Miri
·
MI Muhammadiyah Doyong/ Miri
·
MI Muhammadiyah Girimargo/ Miri
·
MI Muhammadiyah Jabung/ Plupuh
·
MI Muhammadiyah Sidokerto/ Plupuh
·
MI Muhammadiyah Baleharjo/Sukodono
·
MI Muhammadiyah Pantirejo/Sukodono
·
MI Muhammadiyah Newung/ Sukodono
·
MI Muhammadiyah Tempelrejo/ Mondokan
·
MI Muhammadiyah Pilang/ Masaran
·
MI Muhammadiyah Kliwonan/ Masaran
·
MI Muhammadiyah Sribit/ Sidoharjo
·
MI Muhammadiyah Patihan/ Sidoharjo
·
MI Muhammadiyah Karanganyar/ Sambungmacan
·
MI Muhammadiyah Banaran/ Sambungmacan
·
MI Muhammadiyah Saradan/ Karangmalang
·
MI Muhammadiyah Sambirejo
D. Sumber Dana
Sumber dana PDM (Pimpinan Daerah
Muhammadiyah) Kabupaten Sragen berasal dari iuran warga Muhammadiyah itu
sendiri. Di PDM Sragen tidak mendapatkan bantuan dana dari pusat. Tetapi ketika
PP (Pimpinan Pusat) itu mengadakan suatu kegiatan PDM Sragen itu memberikan SWP
(Sumbangan Wajib Perserikatan) yaitu memberi sumbangan untuk kegiatan
perserikatan.
E. Susunan Pengurus PDM Kabupaten Sragen
Lampiran Surat Keputusan PDM Kab. Sragen
Nomor
: 002/KEP/III.E/2011
Tanggal
: 12 Rabiul Awwal 1432 H / 15 Februari 2011 M
Tentang
:
PENETAPAN
STRUKTUR DAN PERSONALIA
PIMPINAN
DAERAH MUHAMMADIYAH SRAGEN
MASA
JABATAN 2010 – 2015
Penasehat
: 1. H. Moecti Uddin, B.Sc
: 2. KH. Fahrur Fathoni
: 3. H. Suyatno HM, BA
: 4. H. Sugeng, S.Pd.
Ketua : H. Qowam Karim, BA
Wakil
Ketua
: Drs. H. Ahmad Mastur Abbas, MM
Sekretaris
: H. Mulyono Raharjo, S.Pd. M.M.
Wakil
Sekretaris
: Irmawan Surat
Bendahara
: Drs. H.M. Ngadiyo
Wakil Bendahara
: Drs. H. Taqdir Supriyono, M.Pd.
1.
Anggota/Ketua Majelis Tarjih & Tajdid : H. Abdullah Affandi, M.Ag
2.
Anggota/Ketua Majelis
Tabligh
: Samadi, S.Ag
3.
Anggota/Ketua Majelis
Dikdasmen
: Drs. H. Moh. Sauman, M.Pd.
4.
Anggota/Ketua Majelis Pendidikan Kader
: Drs. H. Sururi
5.
Anggota/Ketua Majelis Wakaf & Kehartabendaan : Drs. H. Mustaqim, M.Ag
6.
Anggota/Ketua Majelis Pemberdayaan Masy.
: H. Ahmad Dahlan, SP
7.
Anggota/Ketua Lemb. Pemb. Cabang & Ranting : Drs. H. Djamasri
8.
Ketua Majelis Pelayanan Kesehatan
Umum : Drs. H. Sutarno, MM
9.
Ketua Majelis Pelayanan
Sosial
: H. Mungin Arifin, BA
10. Ketua Majelis
Ekonomi & Kewirausahaan
: Khoir Kusnandar, SE
11. Ketua Majelis Hukum
dan
HAM
: R.GA Wishnu Wira, SH
12. Ketua Majelis
Pustaka &
Informasi
: Drs. Supono, M.Pd.
13. Ketua Lemb. Pembina
& Pengawas Keuangan : H. Fuad Mulyadi Nazir, M.Pd.
14. Ketua Lembaga Zakat,
Infak dan
Shodaqoh : Dodok Sartono, SE
15. Ketua Lembaga Hikmah
& Kebijakan
Publik : H. Budi Santoso, SH
16. Ketua Lembaga Seni
Budaya dan Olahraga
: Muh. Wiyono Zain
17. Ketua Lembaga
Bimbingan Ibadah
Haji
: Drs. H. A. Mastur Abbas, MM
18. Ketua Lembaga
Penanggulangan
Bencana
: Drs. Wakhid Haryanto, M.Pd.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Latar belakang berdirinya
Muhammadiyah di Kabupaten Sragen, tidak jauh berbeda dengan kelahiran
Muhammadiyah secara nasional. Di PDM Kabupaten Sragen ada tujuh organisasi otonom
yaitu, ‘Aisyiyah, Nasyiatul
‘Aisyiyah, Hizbul Wathan, Tapak Suci, Pemuda Muhammadiyah, Ikatan Pelajar
Muhammadiyah, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Kegiatan Amal Usahanya yaitu, RS
PKU Muhammadiyah Sragen, Panti Asuhan Muhammadiyah Sragen Putra, Panti Asuhan
Muhammadiyah Sragen Putri, Pondok Pesantren Darul Ikhsan Muhammadiyah Sragen, Pondok
Pesantren At-Taqwa Muhammadiyah Sragen, Sekolah Muhammadiyah se Kabupaten
Sragen. Sumber
dana PDM (Pimpinan Daerah Muhammadiyah) Kabupaten Sragen berasal dari iuran
warga Muhammadiyah itu sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar