Esti Nur Sulistyoningsih
A510120211
- Konsep dasar dan
aplikasi sintesa protein dalam peristiwa dogma genetic
a.
Pengertian
Sintesis protein
melibatkan DNA sebagai pembuat rantai polipeptida. Meskipun begitu, DNA tidak
dapat secara langsung menyusun rantai polipeptida karena harus melalui RNA.
Seperti yang telah kita ketahui bahwa DNA merupakan bahan informasi genetik
yang dapat diwariskan dari generasi ke generasi. Informasi yang dikode di dalam
gen diterjemahkan menjadi urutan asam amino selama sintesis protein. Informasi
ditransfer secara akurat dari DNA melalui RNA untuk menghasilkan polipeptida
dari urutan asam amino yang spesifik.
b.
Konsep
dasarnya yaitu :
1)
Tahap
pertama dogma genetik dikenal sebagai proses transkripsi DNA menjadi mRNA.
2)
Tahap
kedua dogma genetik adalah proses translasi atau penerjemahan kode genetik pada
RNA menjadi urutan asam amino. Dogma genetik dapat digambarkan secara skematis
sebagai berikut.
c.
Aplikasinya
sendiri yaitu untuk menentukan ciri spesifik suatu jenis makhluk menunjukkan
adanya aliran informasi bahan genetic dari DNA ke asam amino (protein).
d.
Contoh
: “Protein yang dapat dihasilkan seperti protein struktural yang digunakan
sebagai penyusun membrane sel dan protein fungsional (misalnya enzim) yang
digunakan sebagai biokatalisator untuk
berbagai proses sintesis dalam sel.
Gambar. Dogma Genetik
Gambar. Mekanisme Umum Sintesis
Protein
2. Tulis dan jelaskan hokum mendel 1 dan
mendel 2 serta contoh aplikasinya.
a.
Hokum
Mendel 1
Secara garis besar,
hukum ini mencakup tiga pokok:
1. Gen memiliki
bentuk-bentuk alternatif yang mengatur variasi pada karakter turunannya. Ini
adalah konsep mengenai dua macam alel;
alel resisif (tidak selalu nampak dari luar, dinyatakan dengan huruf kecil,
misalnya w dalam gambar di sebelah), dan alel dominan (nampak dari luar,
dinyatakan dengan huruf besar, misalnya R).
3. Jika
sepasang gen ini merupakan dua alel yang berbeda (Sb dan sB pada gambar 2),
alel dominan (S atau B) akan selalu terekspresikan (nampak secara visual dari
luar). Alel resesif (s atau b) yang tidak selalu terekspresikan, tetap akan diwariskan
pada gamet yang dibentuk pada turunannya.
b.
Hukum Mendel II
Dikenal juga sebagai Hukum Asortasi atau Hukum Berpasangan
Secara Bebas. Menurut hukum ini, setiap gen/sifat dapat berpasangan secara
bebas dengan gen/sifat lain. Meskipun demikian, gen untuk satu sifat tidak
berpengaruh pada gen untuk sifat yang lain yang bukan termasuk alelnya.
Hukum Mendel 2 ini dapat dijelaskan melalui
oersilangan dihibrida, yaitu persilangan dengan dua sifat beda, dengan dua alel
berbeda. Misalnya, bentuk biji (bulat+keriput) dan warna biji (kuning+hijau).
Pada persilangan antara tanaman biji bulat warna kuning dengan biji keriput
warna hijau diperoleh keturunan biji bulat warna kuning. Karena setiap gen
dapat berpasangan secara bebas maka hasil persilangan antara F1 diperoleh
tanaman bulat kuning, keriput kuning, bulat hijau dan keriput hijau.
Hukum Memdel 2 ini hanya berlaku untuk gen
yang letaknya berjauhan. Jika kedua gen itu letaknya berdekatan hukum ini tidak
berlaku. Hukum Mendel 2 ini juga tidak berlaku untuk persilangan monohibrid.
*Contoh hokum mendel 1
*Contoh
Hukum Mendel II
Perhatikan
analisis papan catur di bawah ini tentang persilangan buncis dengan dua sifat
beda (dihibrida). Buncis biji bulat warna kuning disilangkan dengan biji
keriput warna hijau. Keturunan pertama semuanya berbiji bulat warna kuning.
Artinya,
sifat bulat dominan terhadap sifat keriput dan kuning dominan terhadap warna
hijau. Persilangan antar F1 mengasilkan keturunan kedua (F2) sebagai berikut:
315 tanaman bulat kuning, 101 tanaman keriput kuning, 108 tanaman bulat hijau
dan 32 keriput hijau. Jika diperhatikan, perbandingan antara tanaman bulat
kuning : keriput kuning : bulat hijau : keriput hijau adalah mendekati 9:3:3:1.
P : BBKK (bulat, kuning) X bbkk (keriput, hijau)
F1 : BbKk (bulat, kuning)
F1XF1 : BbKk (bulat, kuning) X BbKk (bulat, kuning)
Gamet : BK, Bk, bK, bk BK, Bk, bK, bk
Gamet-gamet
ini dapat berpasangan secara bebas (Hukum Mendel II) sehingga F2 dapat
digambarkan sebagai berikut:
Gamet
|
BK
|
Bk
|
bK
|
bk
|
BK
|
BBKK
1 |
BBKk
2 |
BbKK
3 |
BbKk
4 |
Bk
|
BBKk
5 |
BBkk
6 |
BbKk
7 |
Bbkk
8 |
bK
|
BbKK
9 |
BbKk
10 |
bbKK
11
|
bbKk
12 |
bk
|
BbKk
13 |
Bbkk
14 |
bbKk
15 |
bbkk
16 |
Keterangan:
bulat kuning 1,2,3,4,5,7,9,10,13
keriput kuning 11,12,15
bulat hijau 6,8,14
keriput hijau 16
Tanaman bulat kuning jumlah 9.
Tanaman bulat hijau jumlah 3.
Tanaman keriput kuning jumlah 3.
Tanaman keriput hijau pada jumlah 1.
Jadi,
perbandingan homozigot terdapat pada kotak nomor 1,6,11 dan 16 sedangkan
lainnya heterozigot.
3.
Seorang
petani melon memiliki varietas melon
bulat, manis, kecil dan lonjong, asam, dan kecil. Jika petani tersebut
ingin menyilangkan kedua varietas tersebut, tentukan perbandingan fenotip da
genotip jika gen B menentukan bentuk Bulat, K besar memnentukan rasa Manis dan
P menentukan bentuk Besar.
Jawab:
Fenotip Bulat Manis
Kecil >< Lonjong Asam
Besar
Genotip BB KK pp bb kk PP
Gamet BbKkPp
P1 Fenotip: Bulat
Manis Besar >< Bulat Manis
Besar
Genotip: Bb Kk Pp Bb Kk Pp
BKP BKP
BKp BKp
BkP BkP
Bkp Bkp
bKP bKP
bKp bKp
bkP bkP
bkp bkp
F2
|
BKP
|
BKp
|
BkP
|
Bkp
|
bKP
|
bKp
|
bkP
|
Bkp
|
BKP
|
BBKKPP
Bulat manis besar
|
BBKKPp
Bulat manis besar
|
BBKkPP
Bulat manis besar
|
BBKkPp
Bulat manis besar
|
BbKKPP
Bulat manis besar
|
BbKKPp
Bulat manis besar
|
BbKKPP
Bulat manis besar
|
BkKkPp
Bulat manis besar
|
BKp
|
BBKKPp
Bulat manis besar
|
BBKKpp
Bulat manis
kecil
|
BBKkPp
Bulat manis besar
|
BBKkpp
Bulat manis kecil
|
BbKKPp
Bulat manis besar
|
BbKKpp
Bulat manis kecil
|
BbKkPp
Bulat manis besar
|
BbKkpp
Bulat manis kecil
|
BkP
|
BBKkPP
Bulat manis besar
|
BBKkPp
Bulat manis besar
|
BBkkPP
Bulat asam besar
|
BBkkPp
Bulat asam besar
|
BbKkPP
Bulat manis besar
|
BbKkPp
Bulat manis besar
|
BbkkPP
Bulat asam
besar
|
BbkkPp
Bulat asam
besar
|
Bkp
|
BBKkPp
Bulat manis besar
|
BBKkpp
Bulat manis kecil
|
BBkkPp
Bulat asam besar
|
BBkkpp
Bulat asam kecil
|
BbKkPp
Bulat manis besar
|
BbKkpp
Bulat manis kecil
|
BbkkPp
Bulat asam besar
|
Bbkkpp
Bulat asam kecil
|
bKP
|
BbKKPP
Bulat manis besar
|
BbKKPp
Bulat manis besar
|
BbKkPP
Bulat manis besar
|
BbKkPp
Bulat manis besar
|
bbkkPP
lonjong
asam besar
|
bbKKPp
lonjong manis besar
|
bbKkPP
lonjong manis besar
|
bbKkPp
lonjong manis besar
|
bKp
|
BbKKPp
Bulat manis besar
|
BbKKpp
Bulat manis kecil
|
BbKkPp
Bulat manis besar
|
BbKkpp
Bulat manis kecil
|
bbKKPp
lonjong manis besar
|
bbKKpp
lonjong
manis kecil
|
bbKkPp
lonjong manis besar
|
bbKkpp
lonjong
manis kecil
|
bkP
|
BbKkPP
Bulat manis besar
|
BbKkPp
Bulat manis besar
|
BbkkPP
Bulat asam besar
|
BbkkPp
Bulat asam besar
|
bbKkPP
lonjong
manis besar
|
bbKkPp
lonjong manis besar
|
bbkkPP
lonjong asam besar
|
bbkkPp
lonjong asam besar
|
bkp
|
BbKkPp
Bulat manis besar
|
BbKkpp
Bulat manis kecil
|
BbkkPp
Bulat asam
besar
|
Bbkkpp
Bulat asam
kecil
|
bbKkPp
lonjong manis besar
|
bbKkpp
lonjong
manis kecil
|
bbkkPp
lonjong
asam
besar
|
bbkkpp
lonjong
asam
kecil
|
F2
Bulat manis besar : 27
Bulat manis kecil : 9
Bulat asam besar : 9
Bulat asam kecil : 3
Lonjong manis besar : 9
Lonjong manis kecil : 3
Lonjong asam besar : 3
Lonjong asam kecil : 1
4.
Konsep
sakit dan penyakit dalam kehidupan sehari-hari
Cara hidup dan gaya hidup manusia merupakan fenomena yang dapat
dikaitkan dengan munculnya berbagai macam penyakit, selain itu hasil berbagai
kebudayaan juga dapat menimbulkan penyakit.
Masyarakat dan pengobat tradisional menganut dua konsep penyebab sakit,
yaitu: Naturalistik dan Personalistik. Penyebab bersifat Naturalistik
yaitu seseorang menderita sakit akibat pengaruh lingkungan, makanan (salah
makan), kebiasaan hidup, ketidak seimbangan dalam tubu h, termasuk juga
kepercayaan panas dingin seperti masuk angin dan penyakit bawaan. Konsep sehat
sakit yang dianut pengobat tradisional (Battra) sama dengan yang dianut
masyarakat setempat, yakni suatu keadaan yang berhubungan dengan keadaan badan
atau kondisi tubuh kelainan-kelainan serta gejala yang dirasakan. Sehat bagi
seseorang berarti suatu keadaan yang normal, wajar, nyaman, dan dapat melakukan
aktivitas sehari –hari dengan gairah.
Sedangkan sakit dianggap sebagai suatu keadaan badan yang kurang
menyenangkan, bahkan dirasakan sebagai siksaan sehingga menyebabkan seseorang
tidak dapat menjalanka
a.
Sakit
Pengertian sakit menurut etiologi naturalistik dapat
dijelaskan dari segi impersonal dan sistematik, yaitu bahwa sakit merupakan
satu keadaan atau satu hal yang disebabkan oleh gangguan terhadap sistem tubuh
manusia. Sedangkan arti penyakit / disease adalah suatu bentuk reaksi biologis terhadap suatu
organisme,
benda asing atau luka.
Sudarti (1987) menggambarkan secara deskriptif persepsi masyarakat
beberapa daerah di Indonesia mengenai sakit dan penyakit; masyarakat menganggap
bahwa sakit adalah keadaan individu mengalami serangkaian gangguan fisik yang
menim - bulkan rasa tidak nyaman. Anak yang sakit ditandai dengan tingkah laku
rewel, sering menangis dan tidak nafsu makan. Orang dewasa dianggap sakit jika
lesu, tidak dapat bekerja, kehilangan nafsu makan, atau "kantong
kering" (tidak punya uang).
b.
Penyakit
Ditinjau dari segi
biologis penyakit merupakan kelainan berbagai organ tubuh manusia, sedangkan
dari segi kemasyarakatan keadaan sakit dianggap sebagai peny impangan perilaku
dari keadaan sosial yang normatif. Penyimpangan itu dapat disebabkan oleh
kelainan biomedis organ tubuh atau lingkungan manusia, tetapi juga dapat
disebabkan oleh kelainan emosional dan psikososial individu bersangkutan.
Faktor emosional dan psikososial ini pada dasarnya merupakan akibat dari
lingkungan hidup atau ekosistem manusia dan adat kebiasaan manusia atau
kebudayaan (Loedin AA,1989 : 7-8 )
Para ahli antropologi kesehatan yang dari definisinya dapat disebutkan
berorientasi ke ekologi, menaruh perhatian pada hubungan timbal balik antara
manusia dan lingkungan alamnya, tingkah laku penyakitnya dan cara -cara tingkah
laku penyakitnya mempengaruhi evolusi kebudayaannya melalui proses umpan balik
(Foster, Anderson, 1978)
Penyakit dapat dipandang sebagai suatu unsur dalam lingkungan manusia,
seperti tampak pada ciri sel-sabit (sickle-cell)
di kalangan penduduk Afrika Barat, suatu perubahan evolusi yang adaptif, yang
memberikan imunitas relatif terhadap malaria.
5.
Sebut dan jelaskan
teori teori penyakit serta contohnya.
Teori Terjadinya
Penyakit
a. Teori Hipocrates (460-377
SM).
Hipocrates berpendapat
bahwa sakit bukan disebabkan oleh hal-hal yang bersifat supranatural tetapi ada
kaitannya dengan elemen-elemen bumi, api, udara, air yang dapat menyababkan
kondisi dingin, kering, panas dan lembab. Kondisi ini dapat berpengaruh pada
cairan tubuh, darah, cairan empedu kuning dan empedu hitam. Pada zaman ini
hipocrates telah menghubungkan antara kejadian sakit dengan faktor lingkungan. Ia mengemukakan teori tentang sebab musabab penyakit,
yaitu bahwa:
1).
Penyakit terjadi karena
adanya kontak dengan jasad hidup, dan
2). .Penyakit berkaitan
dengan lingkungan eksternal maupun internal seseorang.Teori itu dimuat dalam
karyanya berjudul “On Airs, Waters and Places”.
Hippocrates juga merujuk dan memasukkan ke dalam teorinya apa yang
sekarang disebut sebagai teori atom, yaitu segala sesuatu yang berasal dari
partikel yang sangat kecil. Teori ini kemudian dianggap tidak benar oleh
kedokteran modern. Menurut teorinya, tipe atom terdiri dari empat jenis: atom
tanah (solid dan dingin), atom udara (kering), atom api (panas), atom air
(basah). Selain itu ia yakin bahwa tubuh tersusun dari empat zat: flegma (atom
tanah dan air), empedu kuning (atom api dan udara), darah (atom api dan air)
dan empedu hitam (atom tanah dan udara). Penyakit dianggap terjadi akibat
ketidakseimbangan cairan sementara demam dianggap terlalu banyak darah.
Teori ini mampu
menjawab masalah penyakit yang ada pada waktu itu dan dipakai hingga tahun
1800-an.Kemudian ternyata teori ini tidak mamp[u menjawab tantangan berbagai
penyakit infeksi lainnya yang mempunyai rantai penularan yang lebih berbelit-belit.
b. Teori Contagion.
Menurut teori ini
penyakit terjadi karena proses kontak atau bersinggungan dengan sumber
penyakit. Pada masa ini telah ada pemikiran konsep penularan yang berawal dari
pengamatan terhadap penyakit kusta di Mesir.Teori ini tentu dikembangkan
berdasarkan situasi penyakit pada masa itu di mana penyakit yang melanda
kebanyakan adalah penyakit menular yang terjadi karena adanya kontak langsung. Konsep itu dirumuskan oleh Girolamo Fracastoro
(1483-1553). Teorinya menyatakan bahwa penyakit ditularkan dari satu orang ke
orang lain melalui zat penular (transference)
yang disebut kontagion.Fracastoro membedakan tiga jenis kontagion, yaitu:
1) Jenis kontagion yang dapat
menular melalui kontak langsung, misalnya bersentuhan, berciuman, hubungan
seksual.
2) Jenis kontagion yang menular melalui benda-benda perantara (benda
tersebut tidak tertular, namun mempertahankan benih dan kemudian menularkan
pada orang lain) misalnya melalui pakaian, handuk, sapu tangan.
Jenis
kontagion yang dapat menularkan pada jarak jauh
Pada mulanya teori kontagion ini belum dinyatakan sebagai jasad renik
atau mikroorganisme yang baru karena pada saat itu teori tersebut tidak dapat
diterima dan tidak berkembang. Tapi penemunya, Fracastoro, tetap dianggap
sebagai salah satu perintis dalam bidang epidemiologi meskipun baru beberapa
abad kemudian mulai terungkap bahwa teori kontagion sebagai jasad renik.
Karantina dan kegiatan-kegiatan epidemik lainnya merupakan tindakan yang
diperkenalkan pada zaman itu setelah efektivitasnya dikonfirmasikan melalui
pengalaman praktek.
c.
Teori Humoral.
Dikenal
dalam kehidupan masyarakat China yang beranggapan bahwa penyakit disebabkan
oleh gangguan keseimbangan cairan dalam tubuh. Dikatakan bahwa dalam tubuh
manusia terdapat empat macam cairan yaitu putih, kuning, merah dan hitam. Bila
terjadi ketidakseimbangan akan menyebabkan penyakit, tergantung dari jenis
cairan yang dominan.
Penyakit timbul karena
sisa dari mahluk hidup yang mati membusuk, meninggalkan pengotoran udara dan
lingkungan. Pada zaman itu orang percaya bila seseorang menghirup miasma
atau uap busuk tadi maka ia akan terjangkit penyakit. Sebagai pencegahannya rumah-rumah
dianjurkan ditutup rapat terutama pada malam hari dan tidak banyak keluar malam
karena dipercaya miasma muncul terutama pada waktu malam. Selain itu masyarakat
juga percaya bahwa miasma dapat dihalau atau diatasi dengan jalan membakar
ramuan/ kemenyan (dupa) dan bisa juga diusir dengan bunyi-bunyian keras seperti
bel gereja, bedug, petasan, dll. Pada zamannya teori miasma lebih dipercaya dan
dapat diterima daripada teori contagion yang dicetuskan oleh Fracastoro karena
uap busuk lebih bisa diamati dan tercium baunya.
e.
Teori Jasad Renik (Germ Theory).
Jasad renik
(germ) dianggap sebagai penyebab tunggal penyakit yang berkembang setelah
ditemukannya mikroskop. Suatu kuman ( mikroorganisme) ditunjuk sebagai kausa
penyakit.Teori ini sejalan dengan kemajuan di bidang teknologi
kedokteran,ditemukannya mikroskop yang mampu mengidentifikasi
mikroorganisme.Kuman dianggap sebagai penyebab tunggal penyakit.Namun
selanjutnya ternyata teori ini mendapat tantangan karena sulit diterapkan pada
berbagai penyakit kronik,misalnya penyakit jantung dan kanker,yang penyebabnya
bukan kuman.
f.
Teori Ekologi Lingkungan.
Manusia
berinteraksi dengan berbagai faktor penyebab dalam lingkungan tertentu. Pada
keadaan tertentu akan menimbulkan penyakit. Teori ini secara lebih luas membahas
tentang penyebab penyakit yang menghubungkan antara sumber penyakit, penderita
dan lingkungannya. Model tradisional epidemiologi atau segitiga
epidemiologi dikemukakan oleh Gordon dan La Richt (1950), menyebutkan bahwa
timbul atau tidaknya penyakit pada manusia dipengaruhi oleh tiga faktor utama
yaituhost, agent, dan environment.
Gordon berpendapat bahwa:
a). Penyakit timbul karena ketidakseimbangan antara agent (penyebab) dan manusia (host)
b). Keadaan keseimbangan bergantung pada sifat alami dan karakteristikagent dan host (baik individu/kelompok)
c) Karakteristik agent dan host akan mengadakan interaksi, dalam
interaksi tersebut akan berhubungan langsung pada keadaan alami dari lingkungan
(lingkungan sosial, fisik, ekonomi, dan biologis).
g.
Teori Multiklausa
Disebut juga sebagai
konsep multifaktorial di mana teori ini menekankan bahwa suatu penyakit terjadi
sebagai hasil dari interaksi berbagai faktor.Misalnya,faktor interaksi
lingkungan yang berupa faktor biologis,kimiawi dan sosial memegang peranan
dalam terjadinya penyakit.
Sebagai contoh,infeksi
tubekulosis paru yang disebabkan oleh invasimycobacterium tuberculosis pada
jaringan paru,tidak dianggap sebagai penyebab tunggal terjadinya TBC.Disini TBC
tidak hanya terjadi sebagai akibat keterpaparan dengan kuman TBC semata,tetapi
secara multifaktorial berkaitan dengan faktor genetik,malnutrisi,kepadatan
penduduk dan derajat kemiskinan.Demikian pula halnya dengan kolera yang
disebabkan oleh tertelannya vibrio kolera ditambah dengan beberapa (multi) faktor
risiko lainnya.Kepekaan penjamu meningkat oleh keterpaparan berbagai
faktor:malnutrisi,perubahan padat,kemiskinan,dan genetik.Dalam kondisi demikian
seorang menelan vibrio kolera selama terpapar dengan air tidak bersih,yang
dilanjutkan dengan pengeluaran toksin.Kolera yang meracuni lambung sehingga
terjadilah diare
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar